Jumat, 26 Februari 2016

PEDOMAN PERAYAAN MENYAMBUT GALUNGAN DAN KUNINGAN



1. ACUAN
  1. Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu disyahkan PHDI Pusat.
  2. Kidung Panji Amalat Rasmi
  3. Lontar Purana Bali Dwipa
  4. Lontar Sri Jayakasunu
  5. Lontar Sundarigama
2. TUJUAN
Perayaan Galungan dan Kuningan bertujuan mengingatkan  umat Hindu agar senantiasa meme-nangkan dharma dalam kehidupan sehari-hari. Dharma adalah kecenderungan Trikaya parisuda yang disebut sebagai Daivi Sampad, sedangkan kebalikannya, yaitu Adhar-ma adalah kecenderungan sifat dan prilaku keraksasaan atau Asuri Sampad. 
Sanghyang Tiga Wisesa berwujud sebagai Bhuta Dungulan, Bhuta Galungan dan Bhuta Amang-kurat adalah symbol Asura Sampad yang ada dalam diri setiap manusia, yaitu kecenderungan ingin lebih unggul (Dungul), kecenderungan ingin menang dalam per-tikaian (Galung), dan kecenderungan ingin berkuasa (Amangkurat).

3. RANGKAIAN UPACARA GALUNGAN
  1. Mulai hari Tumpek Wariga memuja Sang-hyang Sangkara, memohon agar semua tumbuh-tumbuhan subur dan berbuah lebat. Upacara dipusatkan di kebun, dan Sanggah Pamerajan.
  2. Coma Paing Warigadean. Memuja Bhatara Brahma, memohon keselamatan diri. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
  3. Wraspati Wage Sungsang (Sugihan Jawa). Mensucikan Bhuwana Agung. Upacara dipusat-kan di Sanggah Pamerajan,Pr.Dadia,Kahyangan Tigadan pura-pura lainnya yg dianggap perlu.
  4. Sukra Kliwon Sungsang (Sugihan Bali). Mensucikan Bhuwana Alit. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan, dan melaksanakan penyucian diri/mesayut di natar rumah.
  5. Redite Paing Dungulan (Penyekeban). Anyekung jnana sudha nirmala, menggelar samadhi menguatkan tekad memenangkan dharma krn hari ini turun Sang BhutaGalungan. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
  6. Coma Pon Dungulan (Penyajaan). Menguatkan samadhi melawan pengaruh-pengaruh Asuri Sampad/nyajah godaan Sang Bhuta Dunggulan,. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
  7. Anggara Wage Dungulan (Penampahan). Jaya prakoseng prang, memenangkan Daivi Sampad. Upacara mabeakala bagi seluruh keluarga untuk nampah godaan Sang Bhuta Amangkurat . Hari in  memasang penjor diluar pekarangan rumah.
  8. Buda Kliwon Dungulan (Galungan). Memuja Ida Sanghyang Widhi atas asung wara nugraha-Nya memberi kehidupan dan perlindungan bagi umat manusia. Upacara di Sanggah/Pamerjan jam 06. Sembahyang bersamadi Pr. Dadia jam 07,Pr. Dalem jam 08 dan di Puseh jam 09.30.
  9. Wraspati Umanis Dungulan (Manis Galungan). Melakukan dharma santi, saling mengunjungi keluarga dan sahabat serta saling maaf memaafkan. Di malam hari terus menerus sampai dengan Sukra Wage Kuningan selama 9 (sembilan) malam melakukan samadhi Nawa Ratri, berturut-turut memuja Bhatara Iswara, Mahesora, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, Wisnu, Sambu, dan Tri Purusha (Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa).
  10. Saniscara Pon Dungulan (Pemaridan Guru). Ngelungsur upakara Galungan, membersihkan Sanggah Pamerajan dan metirtha yatra.
  11. Redite Wage Kuningan (Ulihan). Memuja Bhatara dan Leluhur menstanakan di pelinggih masing-masing. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
  12. Coma Kliwon Kuningan (Pemacekan Agung). Nyomia Sanghyang Tiga Wisesa. Upacara di halaman rumah dengan mesegehan.
  13. Budha Paing Kuningan. Pujawali Bhatara Wisnu. Upacara di Sanggah Kemulan.
  14. Saniscara Kliwon Kuningan (Kuningan). Memuja Ida Sanghyang Widhi dan  Leluhur/ Dewa Hyang  mohon agar senantiasa berada di jalan dharma. Upacara di Sanggah pamerajan sebelum jam 12 siang agar getaran  kesucian dan  kekuatan  Daivi Sampad merasuk kedalam diri kita.
  15. Buda Kliwon Paang (Pegatwakan). Memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam  manifestasi-Nya sebagai Sanghyang Suksma Licin. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan. Hari ini merupakan akhir rangkaian Galungan dengan mencabut penjor.
4. PENJOR
  1. Penjor adalah upakara yang wajib disertakan pada setiap hari raya Galungan, mulai ditancapkan pada Anggara Wage Dungulan dan dicabut pada Buda Kliwon Paang.
  2. Makna penjor: Ucapan terima kasih kepada Bhatara Maha Meru yang telah memberikan pengetahuan dan kemakmuran kepada umat manusia.
  3. Kelengkapan dan arti simbol-simbol:
o    Sebatang bambu sebagai simbol keteguhan hati untuk berbhakti kepada Ida Sanghyang Widhi.
o    Hiasan berbentuk bakang-bakang sebagai symbol Atarva Veda
o    Hiasan berbentuk tamyang sebagai symbol Sama Veda
o    Hiasan berbentuk sampyan sebagai symbol Yayur Veda
o    Hiasan berbentuk lamak sebagai symbol Rg Veda
o    Pala gantung, pala bungkah dan kain putih-kuning sebagai simbol kemakmuran dan kecukupan sandang-pangan-perumahan
o    Ubag-abig sebagai simbol kekuatan dharma
o    Sanggah cucuk untuk menempatkan sesaji berupa tegteg daksina peras ajuman
  1. Cara memasang penjor:          
    Sebelum penjor ditanam, lobang galian agar disucikan dengan banyuawang kemudian didasar lobang diletakkan kwangen dengan uang 11 kepeng. Juntaian ujung penjor mengarah ke “teben”,/jalan,sehingga sanggah penjor menghadap ke “huluan”. Setiap hari penjor di haturi canang burat wangi.
  2. Cara mencabut penjor:           
    Semua hiasan penjor dibakar, dan abunya dimasukkan kedalam lobang bekas penjor, kemudian diletakkan sebuah takir berisi bubur susuru (tepung beras, madu, susu dan tiga helai padang lepas digodok menjadi bubur). Setelah itu lubang ditimbun tanah. Bambu bekas penjor dapat digunakan untuk keperluan lain.
5. GALUNGAN NADI
Adalah Galungan yang bertepatan dengan Purnama. Rangkaian upacaranya sama dengan Galungan biasa, tetapi jenis upakaranya setingkat lebih tinggi. Galungan Nadi lebih diistimewakan karena diberkahi oleh Sanghyang Ketu, sebagaimana halnya perayan Galungan pertama pada tahun 804 Saka yang bertepatan dengan Purnama sasih Kapat.

6. GALUNGAN NARA MANGSA
Adalah Galungan yang bertepatan dengan Tilem sasih Kapitu atau Tilem sasih Kesanga. Disebut sebagai hari “Dewa mauneb bhuta turun”. Pada hari Galungan Nara Mangsa upakara yang disebut tumpeng Galungan ditiadakan, diganti dengan caru nasi cacahan dicampur keladi. Tidak memasang penjor, tetapi upacara lainnya tetap dilaksanakan.

7 HARI RAYA KUNINGAN
Hari Kuningan, penjor itu tetap digunakan dan banten pejati yang ada di sanggah penjor diganti dengan yang baru, serta ditambah hiasan jejahitan tamiang.endongan selanggi.Usahakan membuat tamiang dan endongan, karena bahan-bahannya sangat mudah dicari, yaitu daun kelapa muda (busung) dan kembang berwarna merah. Tamiang adalah simbol penolak adharma/ mala.Tumpeng kuningan memang berwarna kuning. Di Hari Kuningan jangan sembahyang lewat jam 12  . karena puncak energi dan vibrasi ada pada tengah hari. jangan pula melaksanakan sembahyang  sebelum jam 06.00 pagi ,kalau sebelum jam 06.00 pagi sudah sembahyang itu artinya sama dengan hari Penampahan Kuningan karena hitungannya tahun caka   
Jadi mari kita laksanakan upacara Galungan dan Kuningam dengan sederhana,tepat sasaran dan penuh makna ,jangan berlebihan hingga mengakibatkan utang karena yadnya,itu adalah salah besar. Mari buat hidup ini seimbang,untuk sekala (biaya hidup,sekolah,kesehat an,investasi dll) dan niskala (yadnya,punia,bakti) dan terpenting mari kita jaga persatuan dan kesatuan agar Tegenan kedepan lebih damai,nyaman dan sejahtera. Mari perangi kegelapan untuk menjadi manusia utama (Yudha Awidia Narottama)Stitidharma/ posted by Manix Puspa Yoga

 Suasana pura yang dihias pada saat Hari Raya Galungan
 Sembahyang bersama di Pura Dadia pada saat Galungan
sebagai bentuk kebersamaan dan kekeluargaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar