Dikisahkan pada zaman dahulu dikaki Gu-nung Agung
terdapatlah sebuah pemukiman penduduk yang oleh raja diberi sebutan atau nama Desa Pikulan yang dipimpin oleh Ki Pasek
Pikulan, karenanya dalam struktur desa pregunung krama Desa Pikulan diberi
tugas mikul/mundut Ida Betara ring Besakih. Lama kelamaan desa ini kemudian diberi nama Desa
Tegenan.
Penduduknya hidup damai bersahaja dengan
pencaharian bercocok tanam padi, jagung,pala wija dan sebagainya,namun pada
suatu ketika malapetaka pun datang,…… hewan ternak, hasil pertanian semua
dirusak dan pendudukpun diculik dijadikan santapan oleh Raksasa yang tinggal di
sebuah gua tepi desa. Masyarakat tak bisa berbuat apa-apa, karena kekejaman
raksasa,maka Ki Pasek Pikulan sebagai pemimpin desa, memanggil seluruh krama
untuk bermusyawarah mencari solusi mengatasi masalah ini,dan akhirnya
disepakati bekerja bersama,bersama bekerja untuk berperang melawan raksasa,maka
Ki Pasek Pikulanpun membuat strategi
yakni, di batas utara dibuat benteng sebagai andalan,maka tempat itu
diberi nama Pekandelan,sedangkan
dibatas selatan dibuatkan benteng juga yang kemudian diberi nama Tulak Tanggul artinya Benteng penolak.
Rupanya raksasa belum juga terkalahkan, akhirnya Ki
Pasek Pikulan bersemedi dibenteng utara akhirnya muncul 3 api (gni tri) dari gunung agung dan
mendapat wahyu/ petunjuk bahwa untuk membunuh raksasa ini harus di-'reka'
atau digambar dan kemudian dipanah dengan janur atau busung (kemudian tempat
itu bernama Gambar dan Busungan) dan apabila menang agar
dibuatkan telaga dengan dasar baja dan dibuatkan patung maka akan muncul lima mata air suci untuk
pesucian beliau…..Ida Betara Besakih.
Akhirnya strategi ki Pasek Pikulan, disamping
mengikuti petunjuk niskala juga minta bantuan ke tetangganya di Desa Tubuh ,
yang juga diganggu oleh raksasa itu, selanjutnya krama Tegenan dan Tubuh
berperang melawan raksasa dengan hebatnya dan sangat seru sehingga ‘mekapang-kapangan/hiruk pikuk’ tidak
karuan (kemudian tempat ini bernama Lipang),
saking sengitnya peperangan, Ki Pasek Pikulan ingat wahyu Dewata,maka ia
menggambar wujud raksasa ini, sehingga raksasa bengong heran melihat
gambarnya...dan ketika itulah raksasa itu dipanah dengan busung akhirnya raksasapun mati… masyarakat dan bersorak
kegirangan
Kemudian karena sudah berhasil mengalah-kan Raksasa
itu maka dibuatkanlah kolam dengan
dasar baja dilengkapi patung , yang kemudian tempat itu diberi nama Telaga Waja dan Arca, selanjutnya sesuai sabda Beliau Bhetara Lingsir maka munculah
5 mata air yang disebut Pancaka Tirta,
yang paling timur diberi nama Tirta Giri
Kusuma,sebelah baratnya karena mata airnya besar hingga ngerobog,maka
disebut Tirta Grobogan orang sekarang
menyebut di Grubug,sebelah baratnya Tirta
Suda,Tirta Tlagawaja,Tirta Arca dan Tirta Amerta/Ananta Boga di Pura Goa Gala Gala, sedangkan tempat Ki
Pasek Pikulan menerima wahyu diberinama Tegal
Suci sebagai tempat pesucian Ida Betara Lingsir Gunung Agung/ Besakih
sampai sekarang.
Akhirnya semenjak itu Tegenan aman ,karena BERSATU,
KERJA BERSAMA DAN KERJA SAMA,kemudian karena sudah dirasa aman, maka Ki Pasek Pikulan sebagai ‘dulu desa’, berusaha untuk
meningkatkan kesejahtra-an warganya dengan mencari wangsit atau petunjuk baik
secara sekala maupun niskala. Kemudian disuatu hari saat bertandang ke
sahabatnya di daerah Pulasari (Bangli),ketika malam hendak pulang saat melewati
aliran Tukad Jinah dilihatlah sinar terang disekitar sungai ,kemudian didekati
ternyata yang bersinar itu adalah batu kecil kehijauan yang menyerupai permata
dan tidak berfikir panjang dibawalah batu itu,namun setelah tiba dibatas
desa,batu tersebut seolah memberat dan muncul bau harum dan akhirnya sampai disuatu
tempat batu itupun memberat dan tidak bisa dibawa olehnya akhirnya ditinggal
ditempat itu. Karena penasaran be-soknya dilihat ditempat itu ternyata tidak
dite-mukan, kemudian setiap hari suci/rahinan maka banyak masyarakat melihat
sinar melompat-lompat seperti manik dan menebarkan bau harum,selanjutnya ki
Pasek Pikulan memohon petunjuk dan mendapat kesimpulan di tempat itu agar
dibangun Pura supaya hasil pertanian padi dan palawija warga selamat.
Selanjutnya disampaikan pada warga dan wargapun sepakat membangun Pura pada
hari purnama sasih kapat rahina Sukra Umanis Kelawu yang diberi nama Pura Manik
Harum (sesuai wangsit) dan yang distanakan adalah : Dewi Sri Mas Manik Galih, Dewa
Sri Sedana,Dewi Ulundanu,Dewa Sangkara dan Betara Segara, serta pelinggih
pendukung lainnya. Setelah itu dibangun,maka hasil padi dan palawija melimpah
dan wargapun riang penuh syukur maka sejak itulah piodalannya dilak-sanakan
setiap Sukra Umanis Kelau.
Namun pada suatu ketika datanglah bencana,semua
tanaman di rusak hama tikus dan walangsangit panenpun gagal,selanjutnya
ki Pasek Pikulanpun mohon petunjuk di pura itu dan didapat wahyu agar dibuatkan
pura di salah satu tempat di Bukit Moncol atau Bukit Glebeg yang kemudian
disebut Pura Pucaksari yang distanakan adalah Betara Gana, Betara Segara
beserta rencang ida dengan upacara piodalan pada Buda Klion Sinta atau
Pagerwesi dan upacara peneduh lan nangluk merana. Maka sejak itu tanaman krama
menjadi aman dari serangan tikus dan Walangsangit.
Selanjutnya
tahun Maret 2002 terjadilah kerauhan masal di Br.Tegenan Kaler dan semua masyarakat
tumpah ruah turun melaksanakan persembahyangan sampai sebulan tujuh hari dan
berbagai petunjuk diberikan kala itu salah satunya adalah mendirikan Pura di
Tegal Suci dibawah pohon Genitri yang dulu zaman Ki Pasek Pikulan tempat mohon
petunjuk melihat tiga sinar kemudian Pura itu diberi nama Pura Suci Manik Gni.
Sedangkan menurut pemuus/petunjuk ketiga pura ini
adalah merupakan satu kesatuan yang berfungsi untuk kesejatraan umat atau
penyungsungnya. Astungkara sekian lama Pura Manik Harum ini sudah berdiri, baru kali inilah bisa
diselenggarakan upacara Caru Manca Kelud,Mlaspas,Mendem Pedagingan lan
Ngenteg linggih mepedudusan alit yang diselenggarakan hari Jumat Umanis wuku
Klau,tanggal 28 September 2018,yang diempon oleh 122 KK pengarep dan 32 KK
Penyiwi. dan dihadiri oleh Ibu Bupati Karangasem,Bapak Asisten 1,Kabag Hukum,Kabag Kesra,Camat Rendang, Kapolsek,PHDI,DPRD(Km.Rena,Ngh Ada) Direktur PDAM beserta staf dll didukung oleh krama,WHDI,Serati,PKK,STT,Pecalang dll dandipuput oleh Ida Pandita Mpu Dharma Yoga Semadi Gria Pucaksari Pesaban
Nara
Sumber:
1.Jero Mangku
Mahardika
2.Wayah Rempyang
(Alm)
3.Guru Sukarma(Alm)
4.Guru Km.Soeidji
(alm
5.Berbagai literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar