Cerita tentang terjunnya seorang siswa dari
lantai tiga di sebuah sekolah SMA Negeri di Singaraja,gara-gara diputus pacar
hingga meninggal,sempat menghebohkan Bali Pulau dewata sekitar pertengahan
Agustus 2015 lalu.
Pesan
spiritualnya sederhana,ketika pikiran kalut berjumpa dengan lingkungan yang tak
stabil maka akan terjadi kecelakaan spiritual yang sangat berbahaya. Lingkungan
tidak stabil bukan alasan untuk mengkritik ini dan itu,melainkan sebuah
undangan atau isyarat semesta untuk memancarkan doa dan cahaya.
Di
Pulau Bali yang dikagumi dunia (karena kedamaiannya) saja,lingkungan demikian
gelap tidak dapat kita bayangkan seberapa gelap lingkungan di tempat lain.
Sekali lagi inilah saatnya bagi jiwa-jiwa bercahaya untuk memancarkan cahaya, Diantara
demikian banyak cara,maka ‘berkarma baiklah’ cara terindah untuk memancarkan
cahaya.
Dalam Sarasamuscaya disebutkan ‘apan
iking menadi wong,uttama juga iya,nimitaning mangkana wenang iya tumulung
awaknia ring Samsara,maka sedana çubakarma’
artinya bersyukurlah kita hidup menjadi manusia,karena kita adalah mahluk
utama, karenanya kita wajib menolong diri terlepasa dari samsara dengan cara berbuat baik atau berkarma baik.
Banyak
cara dapat dilakukan berbuat baik, kalau kita tidak bisa memberi makan kepada pakir
miskin,kita bisa lakukan dengan menyiram tanaman di rumah,sekolah atau dimana
saja. Kalau tidak bisa menolong orang,kita bisa lakukan dengan menolong
teman,bersahabat bertegur sapa dengan santun,mengucapkan salam dengan sesama
secara tulus, tidak nakal apalagi bermusuhan sampai berkelahi.
Hati-hati
menggunakan ‘kata’ karena kata bisa menjadikan sahabat dan bisa menjadikan
permusuhan ‘lidah itu kecil tetapi besar
akibatnya’ ,makian,kritik pedas yang tidak pada tempatnya,keluhan adalah
bentuk kata yang menyebabkan kegelapan sebaliknya ucapan terimakasih,bersyukur,doa yang tulus dan kata-kata santun adalah
contoh kata-kata yang menyebarkan
cahaya. Lebih dalam dari tindakan dan kata-kata adalah pikiran. Sebuah ladang
dari mana tindakan dan kata-kata bertumbuh. Ia yang pikirannya indah cenderung
menumbuhkan kata-kata sekaligus tindakan yang indah, itu sebabnya meditasi (TM) adalah cara melatih
fikiran agar selalu indah.
Pikiran yang tidak stabil penyebab bagi
kecelakaan spiritual berbahaya seperti kejadian bunuh diri adalah buah dari
karma yang panjang. Dalam studi-studi tentang karma ditulis;----‘mereka yang dikehidupan sebelumnya sering
meminum atau mengkonsumsi miras,narkoba, alkohol dan sejenisnya,maka
dikehidupan berikutnya cenderung memiliki pikiran yang mudah goyah’.
Dalam
bahasa meditasi pikiran yang goyah adalah pikiran yang mudah hanyut,
keter-singgungan, dendam,marah,sakit hati. Dengan meditasi pikiran yang hanyut
dibawa berenang ke pinggir,terutama melalui kegiatan’menyaksikan’(compassionate witnesssing). Saat sedih datang saksikanlah,takala senang berlimpah saksikan,ketika pikiran
merasa salah atau benar saksikan. Begitulah caranya berenang kepinggir agar
tidak hanyut oleh sungai pikiran dan perasaan.
Bagi para sahabat/tendik dan anak-anak yang
masih sangat labil ,terlalu peka,mudah luka disarankan untuk dekat dengan
simbul-simbul alam yang berbagi sukacita, burung –burung yang
bernyanyi,anak-anak balita yang bermain,suara germercik air,bunga-bunga
bermekaran dengan wanginya, matahari dengan setia terbit diufuk timur tanpa
pernah bosan,deburan ombak dipantai adalah sebagai contoh kecil nyanyian
sukacita yang ada di alam.
Kemudian,belajar
terhubung dengan energi sukacita yang ada di alam melalui kegiatan bersyukur
serta berterimakasih,dalam bahasa sederhana tetapi dalam, ‘jika anda hanya punya satu kata yang diucapkan dalam doa…”terimakasih”
sudah jauh lebih dari cukup.
Ia
yang setiap hari mengucapkan kata terimakasih,maka setiap nafasnya
mengumandangkan NYANYIAN KESEMBUHAN. Selamat
melaksanakan!!!
By.manixs
Melukat adalah salah satu kesadaran bahwa kita diselimuti kekotoran untuk dimurnikan (melukat di kaki Gunung Raung,Jawa Timur)
Menghaturkan rasa syukur melalui Tirta Yatra ke Pura Gumuk Kancil,Jatim bersama
Keluarga SMPN 3 Rendang
Mendengarkan ceramah tentang Petirtan Pr.Gumuk Kancil di kaki Gunung Raung,Jatim