Desa Pakraman Tegenan yang merupakan teritotorial
kawa-san suci Pura Besakih dan merupakan salah satu Desa Pre-gunung yang diberi
kewajiban ‘mundut’ Ida Betara Dalem
Puri Besakih,memiliki historis yang sangat religius, lebih lebih merupakan
salah satu desa sebagai lawangan Agung
Pura Besakih bagian Pascima/barat, disamping Desa Pakraman Batusesa sebagai
gerbang/ lawangan Purwa/Timur. Desa ini terdiri dari Br.Tegenan Kaja dan Br.
Tegenan Kelod yang dulunya dikenal sebagai Tegenan Desa, sebagai pusat permukiman
pada zaman dahulu, sekitar abad ke 18 terbukti dengan adanya Pura Kahyangan
Tiga dan setra, kemudian dengan batas utaranya di Pangkung Cinang sebagai
tanggun desa utara ketika mengadakan upacara pecaruan sasih pitu kulu dan
Pr.Pekandelan sebagai benteng(pekandel) utaranya dan margi tiga batas selatan
serta Pr.Tulak Tanggul sebagai benteng selatannya. Kemudian seiring
perkembangan zaman maka sekitar akhir abad 20 mulailah penduduk pindah kewilayah
utara,sehingga pembangunan permukiman mulai bergeliat menuju pinggir jalan.
Kesadaran masyarakat akan peningkatan harkat hidupnya mulai kelihatan,baik
dalam pembangunan Parhyangan ,Pawongan dan Palemahan,baik secara sekala dan
niskala.
Petunjuk niskala yang menghebohkan terjadi pada
sasih Kesanga hingga Kedasa bulan Maret dan April 2002 sembilan orang krama ‘kerauhan’ natak wecanan Ida
Betara-Betari sesuhunan, agar kehidupan beragama dan bermasyarakat dikelola dan
ditata dengan baik melalui pembangunan dan penataan pura, pura yang belum
mendapat perhatian antara lain Pura Taru Petak,Tegal Saab, Pura Manik Gni,Pura
Pekandelan,Pura Gua Gala Gala,Pura Pucak Sari,Pura Tulak Tanggul, Pangkung
Cinang dll.
Sesuai petunjuk niskala(kerauhan) waktu itu, agar Pura Pekandelan yang dulu sudah pernah
ada ‘bebaturan’tahun 1963 hancur
karena bencana gunung agung meletus (buktinya
setiap ada upacara ngaben habis ngayehang sekah lewat disana pasti ada upacara
mamitang ),pura itu harus segera dibangun karena disana stana Ratu Gde
Pekandel benteng kekuatan Desa Tegenan.
Ada kejadian unik waktu itu,saya sebagai Klian
Banjar Adat Tegenan Kelod natak penikan
Ida Sesuunan belum sempat membuatkan pelinggih, suatu ketika melintas di areal
pekandelan membawa cary pic up sampai di selatan kunci mobil yang sedang jalan
hilang,setelah dicari di mobil kemudian di jalan tidak ketemu,setelah mesesangi
/janji untuk mendirikan akhirnya ketemu di tikungan pekandelan pada hal di dek
bawah tidak ada lubang,mustahil meloncat. Akhirnya segera saya ngaturang
pelinggih PC dan mendirikan disana seijin Beli Km Darma sebagai pemilik tanah
sejak April 2002.
Lanjut atas bantuannya tanggal 24 April 2017 mulai
didirikan Pura Pekandelan yang dipelaspas hari ini Sukra Wage Uye 23 juni 2017
dengan sumber dana :
1.
BKK
Provinsi Bali th.2017 : Rp.11.500.000,-*)
2.
Punia dari
krama Br.Kaleran : Rp. 2.050.000,-
3.
Krama
Br.Adat Kelodan :
Rp .6.570.000,-
4.
Kelompok
Organisasi :
Rp. 2.800.000,-
5.
Beberapa
krama dura/luar desa : Rp. 260.000,-.
6.
Kas Desa Pakraman : Rp. 6.069.000,-*)
Pengeluaran:
a.
Beli
Bataran gedong dari Batu :
Rp. 5.000.000,-
b.
Beli Gedong
pd.guru Megeng : Rp .4.500.000,-
c.
Beli 2
patung +transport :
Rp. 1.000.000,-
d.
Biaya
tembok penyengker : Rp.15.950.000,-
e.
Pembelian babi,busana,ulam,
pglm,pdg,dll-: Rp. 1.500.000,-
f.
Biaya buruh
persiapan,banten,snek dll : Rp. 749.000,-
g.
Batu
sikat pada Yan Dana : Rp. 550.000,-
Jumlah Pengeluaran/masuk :
Rp.29.249.000,-
*)
dana yang masih ditalangi oleh Koperasi Mekar Sari & LPD.
Sedangkan banten mlaspas,caru dan mungkah : pesuan
Krama Kelodan.
FUNGSI PURA PEKANDELAN
Menurut petunjuk beliau pada saat
itu (2002) bahwa yang distanakan disana adalah Ratu Gde Pekandel ,beliau adalah
rencang Ida Betari Dalem Rajapati yang bertugas menjaga benteng kekuatan Desa
Tegenan bagian utara dan Ratu Gde Tulak Tanggul (Sanghyang Suratma) menjaga benteng
selatan oleh karenanya pada saat upacara Pitra Yadnya sanghyang atma/sekah yang
selesai disucikan ke beji campuan di kedua tempat ini wajib diadakan upacara
mamitang oleh karenanya betapa pentingnya kedua pura ini bagi kita semua,sebab
bagaimanapun kita, setelah jadi atma untuk diabenkan akan dipujakan di pura
ini.
Disisi lain Ratu Gde Pekandel sesuai
sabda beliau juga sebagai rencang Betara Sangkara/ Sang Hyang Sengawa Gumi oleh
karena itu di Pura ini juga difungsikan sebagai tempat melaksanakan upacara
Mungkah/ngendagin dan amaluku sebagai awal melakukan aktivitas/peker-jaan di
gaga/tegalan.
Menurut
Lontar Sarining Dharma pemaculan yang disarikan dari lontar milik Gria Pidada
Karang-asem,Gria Intaran Delod Pasar Sanur, Perpus-takaan Lontar Gedong Kertya
Singaraja, Yayasan Dharma Sastra, Perpustakaan Lontar Pusdok Kebudayaan Bali
bahwa upacara mungkah gaga bantennya adalah sebagai berikut:
Ø Canang
lengawangi burat wangi,medaging Woh-wohan,Base,don selasih,kembang pa-yas mewadah
tamas busung/ntal, katur ring Betara Sangkara (Ong Bhetara Sangkara, Sangkara
wastu ya nama swaha)
ü
Tamas ental/busung medasar kasa putih masusun
woh-wohan,sanganan,sekar sar-wa petak,nasi
kepelan putih 5 kepel ,mesawen/pepuun carang pucuk putih katur ring Sanghyang
Iswara Guru.
ü Kelengkapan
banten/acara lainnya disesu-aikan dengan
tradisi setempat.
Dalam rangkaian
upacara mungkah di Pr.Pekandelan hendaknya sejalan dengan tatanan Sad Kertih dapat dijelaskan sebagai
berikut :
ü Pertama: Atman Kertih(penyucian jiwa) setiap bentuk yadnya perlu dilakukan dalam
penyesuaian pola hubungan antara parahyangan
, palemahan dan pawongan harus menyatu dalam satu keyakinan yang seimbang (Tri Hita Karana).
ü Kedua : Jana Ketih, jiwa
dan kesadaran yang menyatu dengan alam lingkungan (pawongan)
ü Ketiga: Wana Kertih, penyucian dan pelestarian hutan/tumbuhan
ü Keempat : Danu Kertih . penyucian
dan meme-lihara kwalitas air
ü Kelima: Segara Kertih. Memelihara ekosistem dan mengurangi penggunaan pestisida
lebih menggunakan pupuk alami Mikroba
Olah Lokal di desa sekitarnya.
ü Keenam: Jagat Kertih. Makna
“jagat” disini adalah semesta baik dalam wilayah kesadaran parahyangan,
palemahan atau pawongan. Terpeliharanya alam lingkungan yang seimbang akan
terjadi jika pola kehidupan manusia masih menjalankan dan meyakini kelima
kertih di atas.
Mari tegen
dan lestarikan budaya leluhur yang adiluhung dan tinggalkan budaya yang kurang
baik demi kelangsungan anak cucu kita.(manixs).
Pelinggih saat sebelum dipugar
Ngingsirang Ida Betara sebelum dipugar oleh Jero Lingsir Mk.Md.Sedana spiritualis supranatural yang sudah pakar di dunia ghoib dengan berbagai pengalaman spiritual,meditasi di pura-pura sepelosok nusantara.
Mendem dasar pelinggih oleh Ketua Panitia atas petunjuk
penglingsir spiritual Pasraman Giri Candi Kusuma
Mk.Ayu Manik dan krama sekitar melakukan persembahyangan tiap sore selama Ida Bhetara nyejer dari tanggal 24 April 2017 hingga upacara pemlaspasan 23 Juni 2017
Pendirikan gedong oleh pemborong CV.Megeng Jaya Abadi
Kru pengayah yang aktif membantu kegiatan pembangunan pura
Penataan taman menjelang finishing
Mk Dalang Sujata perancang dan penataan taman sponsor pembuatan tulisan pura
Pembangunan pura finish 100%,21 Juni 2017
Persiapan sebelum upacara mlaspas
Upacara Mlaspas yang dihadiri oleh seluruh krama Banjar Kelod
Prejuru Desa,Pemangku,Serati,WHDI dan Pecalang serta pengiring sesuunan 2002
Jero Dewi,I Wayan Tana,I Nym.Punduh,Nym.Reguna,Md.Kembar,Pt.Tunjung.
Nedunang dan ngelinggihang Ida ratu Gde Pekandel oleh pengiring 2002
Upacara Mlaspas oleh JM Md.Sedana,Mungkah oleh JM Kt.Kania
Pengantar acara oleh Penyarikan Desa (I Ketut Wana Yasa,A.Md.Par)
Laporan pemungutan punia oleh Sekretaris Panitia Ni Kadek Ririn Susanti,S.Pd.
Penyerahan Surat Perjanjian pemberian luput nyayahin dan tedun istrine
oleh Bendesa kepada I Komang Darma(Pemilik Tanah) sebagai konpensasi lokasi pura
disaksikan Klian Br.Adat Tegenan Kelod dan Ketua Paguyuban Pemangku DK.DP.Tegenan
Mendem caru dan upacara Mungkah sebagai tanda dimulainya
mengolah tanah di gaga/tegalan,untuk mohon kesuburan dan keberkahan.
Malam 2 hari setelah di plaspas
Upacara ngelemekin 3 hari setelah ngelinggihang (26-6-20170
Upacara ngetelunin dengan bakti pejati dan tipat blayag
Pemangku penganteb : Mangku Ketut Kania
Lantunan gegitaan mengiringi upacara oleh bibi Megeng,Bibi Karmiasih dan Bibi Pandi Arini
Nunas lungsuran sebagai wujud syukur atas selesainya rangkaian upacara
Mk.Dalem sedang menyaksikan acara nunas lungsuran bersama.
Pembangunan Pura Pekandelan di'plaspas' pada Sukra Wage Uye bertepatan dengan tilem Sadha tanggal 23 Juni 2017 pas Matahari berada di garis balik utara lintang 23,5 derajat ,semoga dengan hari baik mendatangkan kebaikan, kerahayuan di bumi pertiwi Tegenan pregunung vilage,astungkara.(by. Mangku Manik Puspa Yoga)
Panitia
Pelaksana :
1.Penanggungjawab : I Md.Sedana (Bendesa Desa Pakraman Tegenan)
2.Ketua :
I Wayan Suiji (Klian Br.Adat Tegenan Kelod)
3.Sekretaris :
Ni Kadek Ririn Susanti,S.Pd (Ketua WHDI Desa Pakraman Tegenan)
4.Bendahara :
I Made Lanus (Kasir Kop.Mekar Sari)
5.Seksi-seksi;
a.Pelaporan : I Ketut Wana Yasa (Penyarikan Desa Pakraman Tegenan)
b.Penataan : Mk.Dalang Sujata (Seniman Lukis dan Dalang pengiring di Pr.Dalem)
I Wayan Kariana,S.Pd,S.Sos (Klian Subak Abian Pucak Manik)
c.Penggalian Dana;
1.
Luh Meradi (Ketua KWT.Mekar Wangi/Kasir LPD)
2.
I Wayan Samah(Pegawai LPD)
3.
Mangku Krisna(Pemangku Dalem Suci)
4.
I Gde Adnyana (Tokoh masyarakat)
5.
I Made Mustapa (Klian Br.Dinas Tegenan)
6.
Guru Wayan Megeng (Pecalang)
7.
Guru Wayan Sandiarta(Klian Dadia Ps.Celagi)
d.Tanah lokasi : I Komang Darma (donatur)
e.Upakara/banten : Ni Md.Karmiasih (Ketua Paguyuban Serati Banten Bakti Jnana DP.Tegenan)
6.Penasehat :
1. Jero Wayan Degeng (Ketua Paguyuban Pinandita Dharma Kerthi DP.Tegenan)
2. Mk.Wayan Sudiana (Ketua Kerta Desa DP.Tegenan)
3. Mk.Wayan Kunci Wirawan (Klian Br.Adat Tegenan Kaler)