Minggu, 20 April 2025

ST WERDHI SESANA MENGABDI DAN BERBAGI

Tanggal 31 Desember 1985 dibentuklah Muda Mudi Eka Werdhi oleh I Wayan Suiji sekaligus terpilih sebagai ketua Muda Mudi pertama kalinya dibina oleh Jero Mk.Suketisna(alm) bertempat di Bale Pesanekan Dadia Ibu Kanginan,kiprah seka teruna saat itu membantu  dalam bidang adat,budaya dan keagamaan dan kegiatan yang paling berkesan adalah diadakan lomba penjor tanggal 21 Agustus 1985 karena tidak ada orang memenjor pada masa itu . Lomba yang dilaksanakan saat galungan itu sebagai juaranya adalah I Wayan Nurata (I),I Wayan Sudarpa(alm) (II) dan I Wayan Gunantra(alm)(III),sejak itulah warga masyarakat Tegenan kelod mulai memasang penjor setiap hari raya galungan sampai sekarang. Selanjutnya tahun 1989 Wayan Suiji  terpilih sebagai Ketua KNPI Kecamatan Rendang dan beberapa oraganisasi kepemudaan,seperti Ketua Forum Komunikasi Karang Taruna,Pemuda Pancasila, kasgoro,sekretaris HKTI Kabupaten Karangasem,maka jabatan ketua muda mudi digantikan oleh Drs.I Made Sugama yang tinggal di Denpasar,sehingga  organisasi menjadi fakum cukup lama. Lanjut sekitar tahun 2008 dibangkitkan kembali muda mudi terpilih sebagai ketuanya adalah I Made Mustapa sekaligus sebagai inisiator didampingi oleh klian banjar Adat Kelodan dan nama Muda-Mudi Eka Werdhi kemudian diubah menjadi ST.Werdhi Sesana ,Mustapa kemudian menikah selanjutnya diganti oleh I Wayan Teguh Pramarta,kemudian menikah juga dan 31 Desember 2024 digantikan oleh I Wayan Puspa Yoga,S.Pt.

Yoga yang seorang alumni Fapet Unud dengan gelar Sarjana Peternakan,bersama timnya Putu Satya,Surya Adnyani,Revi,Bombom dan yang lainnya minggu kemarin 20 April 2025 menggelar pengabdian berupa ngayah mereresik di Pura kahyangan Tiga dan Kahyangan Desa,Desa Adat Tegenan khususnya di Banjar Adat Tegenan Kelod.Pura yang disasar adalah Pura Dalem Putra,Pura Rajapati,Pura tulak Tanggul dan Pura Manik Harum. Hal ini kami anggap penting dilakukan terutama dalam menyambut hari raya galungan dan Kuningan,kita sebagai generasi penerus harus bisa mewarisi tradisi leluhur agar kita terbiasa ketika kita sudah berumah tangga nantinya,kegiatan ini sekaligus mengimplementasikan ajaran Tri Hita Karana khususnya Palemahan dan Parhyangan karena kita melakukan di Pura. Selesai kegiatan mereresik ,dana yang kami sudah berhasil kumpulkan  melalui para donatur seperti KSP.Mekar Sari,UD.Sukma Tani,Cinang Tani,LA dan lainnya termasuk kami menggali dana lewat pembuatan pakaian seragam wajib kepada anggota. Oleh karena itu dalam rangka menyambut hari raya ,dana tersebut sebagian kami sumbangkan dalam bentuk sembako kepada para janda janda jompo,orang yang sakit sebagai wujud keprihatinan dan kami ikut mensufort beliau beliau itu, walaupun bantuan kami relatif kecil,semoga bermanfaat dan beliau bisa berbahagia dalam menyambut galungan ini,semua itu adalah bentuk implementasi bidang Pawongan atau gerakan sosial bagi ST.Werdhi Sesana,semoga sumbangsih kami anak anak muda Br.Adat Tegenan Kelod turut mendukung program Banjar Adat dan Desa Adat,ungkap Yoga.

Sementara itu salah seorang anggota Seka Teruna I Made Andika Gustama sekaligus anggota Polsek Rendang,sebagai polisi ia berharap agar anak muda khususnya anggota ST.Werdhi Sesana dalam momen hari raya ini agar disambut dengan suka cita,tetapi tidak berlebihan seperti mabuk mabukan, kebut-kebutan,prilaku premanisme, merokok berat apalagi bersentuhan dengan narkoba,usahakan jauhi semua itu agar kita tidak tersandung hukum. Saya amati teman teman kita disini khususnya anggota ST,masih baik baik saja dan normal apa adanya,mari kita jaga bersama kondusifitas ini,biar banjar dan desa kita aman tentram bisa melakukan aktivitas dengan nyaman,harapnya.

Disisi lain I Wayan Suiji sebagai pendiri sekaligus secara exopesio sebagai pembina ST karena sebagai Klian Banjar Adat Tegenan Kelod,sebagai orang tua sangat menginginkan kesatuan dan persatuan anak-anak remaja Banjar Adat Tegenan Kelod,semuanya agar masuk dalam wadah organisasi kepemudaan ST ini dari Usia kelas 9 keatas hingga belum menikah. Para orang tua/krama banjar tyang harapkan bisa  mendorong anak-anaknya yang malas tedun ,untuk bisa hadir melakukan kegiatan sesuai program ST. Kepada orang tua,krama Banjar Adat Tegenan Kelod mari dukung anak anak kita,dorong ia hadir setiap kegiatan,dorong dia untuk mendapatkan sekolah atau pendidikan yang setinggi tingginya agar mereka memiliki kompetensi yang kuat,sebab seperti jargon banjar Adat Tegenan "Widya Kertha Mandala" artinya dengan pendidikan akan terwujud lingkungan yang sejahtra,pungkas Suiji (manixs).

"Ngayah"   program yang patut dilestarikan


Aktivitas pembagian sembako oleh ST Werdhi Sesana.

Rapat kecil membahas pengaturan penyebaran sembako

Pengurus ST.dari kiri Bombom,Yoga,Satya dan  

Yoga,ketua ST.membagikan sembako kepada Dadong Ketil janda Ny.Ketil

Pengurus memberikan smbako kepada Guru Tresna (tua /sakit)

Sembako diberikan kepada Mk.Widi (janda ditinggal mati)

Sembako diberikan kepada Ni Wayan Suiji janda sakit

Baliho ST,SELAMAT HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN




Selasa, 07 Januari 2025

"MEBASEH LIMA" TRADISI DASAR PEWINTENAN DI TEGENAN

Desa Adat Tegenan yang terletak di kaki G.Agung bagian Barat Daya,merupakan desa pregunung karena sebagai wilayah kawasan suci mandala Besakih,sehingga setiap rentetan kegiatan Panca yadnya ada konektivitasnya dengan kesucian Pura Besakih, seperti upacara pitra yadnya tidak boleh membakar mayat ,dalam Dewa Yadnya tidak boleh melaksanakan upacara piodalan bersamaan dengan upacara Pr.Besakih yakni Purnama Kedasa dan sebagainya. Dalam hal upacara Rsi Yadnya ada prosesi penyucian diri yang dikenal dengan istilah Mebaseh Lima arti leksikalnya mencuci tangan yang mengandung makna pembersihan diri yang biasanya dilaksanakan sebelum melakukan pewintenan eka jati untuk pemangku ,yaitu prosesi ngutang mala di toya sah dengan melakukan prosesi pelukatan dan mandi di Sungai Esah .

Demikian halnya yang dilaksanakan hari ini nemonin rahina Buda Klion Ugu tanggal 08 Januari 2025 dilaksanakan prosesi mebaseh lima oleh I Wayan Sulaba Yasa beserta keluarga karena terpilih oleh niskala sebagai pemangku kahyangan tiga di Pura Dalem Putra . Diawali dengan upacara mepiuning di sanggah tua,di Dadia dan Kahyangan Tiga Mawinten  biasanya dilaksanakan untuk mohon wara nugraha sebelum mempelajari ilmu keagaamaan. Selain itu, juga sebagai peningkatan kesucian diri.



Dikatakannya, upacara Pawintenan atau Mawinten merupakan upacara yang beragam. Mulai dari  Pawintenan Ngadat,  pemangku, dan pelajar.  “Jika Pawintenan seorang pemangku dari walaka menjadi eka jati. Sedangkan Pawintenan Saraswati merupakan Pawintenan yang dilakukan oleh pelajar, supaya bisa mempelajari ilmu tentang keagamaan,” terang pria 57 tahun tersebut.



Pinandita Pasek Swastika mengatakan, Mawinten berasal dari kata winten, yaitu nama sebuah permata yang memiliki sifat yang mulia. Tujuan dari pelaksanaan upacara ini  sebagai penyucian diri secara lahir dan batin. Jika dilihat secara lahir bertujuan untuk menyucikan seseorang dari segala mala (kotor). Sedangkan secara batin, lanjutnya, untuk memohon penyucian dari Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Ia mengungkapkan bahwa Pawintenan Saraswati dilaksanakan supaya diberikan wara nugraha, terlebih dalam mempelajari ilmu yang suci. Untuk nantinya  dapat mengamalkan ajaran-ajaran suci tersebut untuk dirinya maupun orang lain. “Ketika sudah melaksanakan Pawintenan Saraswati, jika seseorang akan menjadi pemangku selanjutnya juga harus ikut Pawintenan Pemangku. Baik itu pawintenan mangku alit, pawintenan mangku gede, baru pawintenan wiwa. Setelah itu, bhawati, kemudian baru didiksa,” urainya kepada Bali Express (Jawa Pos Group) di Ashram Sari Taman Beji, Canggu, Badung, pekan kemarin.



Dikatakannya, sebelum Mawinten seseorang harus melaksanakan upacara Pangidep Hati. Di mana dalam upacara tersebut dimaksudkan agar selanjutnya mendapatkan tuntunan yang lebih baik. Untuk seseorang yang melaksanakan Pangidep Hati ini, lanjutnya,  minimal yang bersangkutan sudah tanggal gigi pertama.  Diakuinya, tujuan dari pelaksanaan Pawintenan merupakan tujuan hidup seseorang. Dijelaskannya,   berdasarkan Kitab Suci Rasaccamucaya sloka 6.80  berbunyi : Apan ikang manah ngaranya, ya ika witning indriya, Maprawrtti ta ya ring subha subha karma, matangnyan ikang manah juga prihen kahrtanya sakarang. Maksudnya, sebab pikiran itu namanya sumbernya indriya, ialah yang menggerakkan perbuatan baik buruk itu. Karena itu pikirkanlah yang patut segera diusahakan pengendaliannya.