Jumat, 15 Mei 2015

TIM PEMBINA SEKA TERUNA KABUPATEN KARANGASEM MEMBINA SEKA TERUNA WERDHI SESANA BANJAR ADAT TEGENAN KELOD



Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia khususnya generasi muda,maka pemerintah Kabupaten Karangasem setiap tahun menyelenggarakan pembinaan terhadap generasi muda melalui wadah Seka Teruna yang menjadi duta di tiap-tiap Kecamatan.
Sehubungan dengan hal tersebut Seka Teruna Werdhi Sesana sebagai duta Kecamatan Rendang pada hari Kamis,14 Mei 2015 mendapatkan pembinaan dari 7 orang Tim Pembina  yang dimotori oleh bidang Kesra Pemda Kabupaten Karangasem juga dihadiri oleh Kasi Kesra Kecamatan Rendang I Made Bambang Sulistyono,SE,MM beserta staf,Bendesa Adat dan penyarikan desa serta Klian Banjar Dinas Tegenan.  Pada kesempatan itu I Wayan Suiji sebagai  Klian Banjar Adat Tegenan Kelod dalam penerimaannya melaporkan bahwa Seka teruna ini sejatinya berdiri sejak tahun 1985 yang bernama Muda Mudi Eka Werdhi yang dirintis oleh WS Arjawa,1989 diganti oleh I Made Sugama,kemudian sempat mengalami kefakuman dan Pebruari 2008 bangkit kembali dengan ketua I Made Mustapa karena kawin, 31 Desember 2014 kepengurusan diganti oleh I Wayan Teguh Pramarta,Gd Anom Astawa S.Pd,Made Arta,Ni Wayan Pramarta Dewi S.Pd dan Ni Ketut Sophiani sebagai Sekretaris.
Wayan Suiji juga memaparkan program kerja Seka Teruna,sangat mendukung kegiatan anggota banjar,seperti 1985 dulunya tidak ada yang memenjor ketika galungan, dengan diadakan lomba penjor oleh muda mudi,maka sejak itu masyarakat mulai memenjor hingga sekarang,kegiatan lainnya seperti gotong royong,penataan lingkungan dll. Ia juga menyambut baik  dan berterimakasih atas kepercayaan yang diberikan Camat Rendang untuk mewakili dalam pembinaan,sehingga diharapkan terjadi peningkatan dalam kompetensi SDM dan kelembagaan serta administrasi Seka Teruna Werdhi Sesana.
          Ketua tim Pembina dalam arahannya menyampaikan tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk dapat melihat langsung potensi yang dimiliki oleh Seka Teruna di masing-masing Kecamatan, selanjutnya untuk dibina tahap awal,kemudian bulan depan akan dilihat sejauh mana materi pembinaan dapat diimplementasikan dalam kegiatan organisasi baik dalam dharmaning agama maupun dharmaning Negara. Dari delapan kecamatan akan direnking dari urutan 1 sampai 8 dan akan diberikan uang pembinaan dari maksimal 8jt hingga minimal 4 jt dan yang terbaik akan ditunjuk mewakili Karangasem dalam mengikuti pembinaan di tingkat Provinsi.
Mangku Md.Sedana Bendesa Desa Pakraman Tegenan didampingi penyarikan desa I Kt Wanayasa,A.Md.Par,menyampaikan apresiasi dan menyambut baik kegiatan ini dengan harapan hasil pembinaan kedepan dapat membantu Banjar Adat khususnya dan Desa pakraman pada umumnya terutama dalam pelaksanaan dharmaning agama.         Desa Pakraman sangat mendukung segala kegiatan Seka Teruna, sehingga sebagai wujud  dukungannya, kalau masih ada bantuan provinsi untuk desa pakraman maka program 2016 akan digunakan untuk membeli seperangkat gambelan/gong agar Seka Teruna dapat lebih berkreasi dalam seni budaya untuk mendukung Pasraman Tari Citta Werdhi yang dibentuk 31 Desember 2014 lalu.
Disisi lain pesayahan kewarasan juga menyampaikan programnya yakni akan mengadakan penyuluhan tentang HIV-AIDS,narkoba,Miras,pengaruh sex bebas dll., bekerjasama dengan Puskesmas dan kapolsek Rendang serta Pembina PIK-Remaja Widya Sesana SMPN 3 Rendang pada saat liburan nanti.  (by.; Pt.Ayu Sri Wulandari/Pesayahan Kewarasan)
 foto  bareng bersama Tim Pembina Kabupaten,Camat dan Prejuru Desa Pakraman Tegenan


 Ketua Tim Pembina berbincang dengan Klian Br.Adat Tegenan Kelod,Bendesa dan Kabardis
 Warga STT.Werdhi Sesana antusias mendengarkan pembinaan dari tim pembina
 Pengurus STT : Teguh Pramarta(Ketua),Sophiani(Sekretaris),Aget Widya U (Kewarasan),Ayu Pramartha Dewi(Bend)
 Suasana pembinaan dari Kt.Suji,S.Pd,M.Si tim pembina Kabupaten Karangasem

Minggu, 10 Mei 2015

SEJARAH BERDIRINYA SEKA TERUNA WERDHI SESANA BANJAR ADAT TEGENAN KELOD

Seka Teruna Werdhi Sesana Banjar Adat Tegenan Kelod,Desa  Pakraman Tegenan,Kecamatan Rendang,Kabupaten Karangasem,sejatinya sudah berdiri sejak awal tahun 1985. Pada waktu itu bertepatan dengan hari umanis Galungan tanggal 24 Januari 1985 seorang pemuuda bernama I Wayan S.Arjawa sudah menyelesaikan tugas akhirnya kuliah di FKIP UNUD Singaraja pulang kampung ingin mengajak dan menghimpun para pemuda dan pemudi yang ada di desa dalam suatu wadah kepemudaan. Idenya itu mendapat sambutan positip dari teman-temannya dan didukung oleh tetua adat waktu itu Jero Mk.Suketisna,sehingga beberapa pemuda lainnya seperti Ni Wayan Murtini,Km.Adriani, Md.Sugama,Wy Sukerta,Md Kutanegara,Md.Suardana,Wayan Darna,Wayan Tama,Kt.Suradana,Kt Arta Sedana dll. Setelah dikumpulkan dan di fasilitasi oleh jero Mk.Suketisna, maka tercetuslah nama organisasi bernama Muda Mudi Eka Wedhi Banjar Tegenan (waktu itu masih menjadi 1 banjar). Hasil kesepakatan ini kemudian semua pemuda dikumpulkan dimusyawarahkan di Bale Banjar yang difasilitasi oleh tokoh masyara-kat yakni I Wayan Degeng dan terkumpul 198 orang anggota dengan musyawarah mufakat dipilih pengurus Ketua: I Wayan Suiji Ar.,Wakil : I Made Sugama,Sekretaris: I Made Kuta Negara dan Bendahara : Ni Wayan Murtini dilengkapi seksi-seksi.
     Kemudian diresmikan dan kegiatan yang dilaksanakan adalah kebersihan lingkungan,ngayah kepura,pordes,penyambutan pergantian tahun baru dll. Pada waktu itu kesadaran umat beragama masih relatip rendah terutama menyambut galungan tidak ada orang memenjor, maka muda mudi mengadakan lomba penjor dalam rangka menyambut HR Galungan pada tanggal 21 Agustus 1985 dengan mengundang tim penilai dari kedesaan Menanga yakni : I Gst.Kt.Putra (Kepala Desa),I Komang Murka (Ketua LKMD),I Gst Ln.Taman (Sekdes),I Gst.Ln.Sari(Klian Br.Menanga Kawan),I Gst.Aji Raba(Klian Br.Buyan),atas penilaian juri diputuskan sebagai juara I: I Wayan Nurata,Juara II: I Wayan Sudarpa,Juara III: I Wayan Ginantra. Semenjak itulah krama Tegenan mulai memenjor setiap menyambut hari raya galungan.
     Tahun 1989 Ketua Muda-Mudi terpilih sebagai Ketua Brigade Pembangunan (BP)-KNPI Kecamatan Rendang,maka berdasarkan musyawarah mufakat bertempat di SD Tegenan,terpilih sdr. I Made Sugama sebagai Ketua,Ketut Suradana sebagai Wakil Ketua,Md Suardana Sekretaris dan Ni Wayan Surasmi sebagai Bendahara dilengkapi dengan seksi-seksi,karena pengurus masih melanjutkan kuliah dan jarang pulang kampung maka kegiatan mulai fakum dan akhirnya terhenti.
     Setelah lama fakum tanggal 18 Pebruari 2008 bertepatan dengan menyambut hari raya nyepi,diawali dengan pembuatan ogoh-ogoh yang diprakarsai oleh I Made Mustapa dkk. maka dibangkitkan kembali muda-mudi yang telah lama fakum,menyesuaikan dengan petunjuk maka dibentuklah Seka Teruna  Werdhi Sesana yang berada di lingkup Banjar Adat Tegenan Kelod karena sesuai ketentuan Seka Teruna adalah organisasi pemuda yang ada di wilayah Banjar Adat. Karena Desa Pakraman Tegenan terdiri dari 2 Banjar Adat maka Seka Terunapun ada dua yakni Br.Adat Tegenan Kaja ada ST.Wijaya Kusuma dan Bajar Adat Tegenan Kelod ,ST.Werdhi Sesana dengan SK.Desa Pakraman Tegenan No. 015  /BDP.TGN/XII/2012,tanggal  31 Desember 2012 dengan susunan pengurus: I Made Mustapa(Ketua),Ni Luh Samianing (Sekretaris),I Putu Yasa (Bendahara) dilengkapi dengan seksi-seksi atau pesayahan. Tahun ini pula sempat mengikuti lomba tingkat Kabupaten Karangasem berada pada juara harapan I atau posisi 4 Kabupaten.
Tahun  2014 karena ketua ST Werdhi Sesana menikah,maka kepengurusan diganti dengan diadakan pemilihan yang terpilih sebagai pengurus adalah:Ketua umum: I Wayan Teguh Pramarta,Ketua I: I Gede Anom Astawa S.Pd,Ketua II: I Made Arta,Sekretaris : Ni Ketut Sopiani dan Pt.Adi Sukmajaya,Bendahara : Ni Luh Ayu Pramartha Dewi dan Ni Made  Ayu Rismawati dan dilengkapi seksi-seksiatau pesayahan, kemudian dilantik tanggal 31 Desember 2014 untuk masa bakti 2015-2020 Dengan SK.Klian Br.Adat Tegenan Kelod No.: 005/BATK/XII/2014.Tanggal 31 Desember 2014.
Program kerja yang dilaksanakan dalam bidang parhyangan ngayah kepura,pertemuan rutin tiap tilem di pura sambil mengadakan kerja bakti,kegiatan olahraga,menanam bunga jempiring sepanjang jalan dengan bantuan dana dari Banjar Adat Rp.1,3 juta,dalam rangka karya di Besakih ikut menata penempatan penjor di sepanjang jl raya besakih di Tegenan dan ngiring Ida Betara melasti ke toya sah,termasuk membantu kegiatan gotong royong bersama anggota banjar. Dalam bidang pelestarian seni budaya telah dibentuk Pesraman Tari Citta Werdhi yang diketuai oleh salah seorang anggota ST.WS yakni Ni Made Wiwik Tirta Kumara Sari sekaligus sebagai Pembina bersama I Wayan Surata,SST yang bertujuan untuk menampung bakat anak-anak dan ST.Werdhi Sesana dalam bidang seni tari dan nantinya seni tabuh apabila Banjar sudah memiliki perangkat gamelan,semoga pemerintah dapat membantu semangat kami untuk belajar seni tabuh,astungkara (disarikan oleh Ni Putu Ayu Sri Wulandari).

 

Sabtu, 09 Mei 2015

FILOSOFI UPACARA ‘MENDEM DASAR’ RUMAH KRAMA BALI



Membangun rumah bagi krama bali merupakan suatu kewajiban diawali dengan upacara agama. Sebelum membangun diawali dengan upacara ‘ngeruak karang’ dilanjutkan dengan acara ‘nyikut karang’/mengukur lokasi bangunan untuk penempatan posisi antara bangunan satu dengan bangunan yang lainnya di tempat itu. Umpamanya di pojok ‘ersanya’/timur laut diposisikan sebagai ‘huluning karang’/tempat utama atau ’utama mandala’  untuk tempat membangun ‘Kemulan Taksu’. Ukuran posisi tempat bangunan yang dipakai dasar acuan adalah lontar Asta Bhumi,kalau membangun tempat suci acuannya adalah lontar Asta Dewa.
Selanjutnya apabila posisi bangunan satu dengan lainnya sudah dianggap pas/sesuai seperti Bale gede,dapur,sumur, gapura/angkul-angkul,dll.,barulah membuat lubang sesuai dengan ukurannya menurut Lontar Asta Bhumi,setelah itu barulah dilaksanakan upacara ‘nasarin/mendem dasar’ tentunya sesuai hari baiknya/’dewasa ayu’,dengan sarana ‘banten nasarin’ dilengkapi dengan tumpeng merah dan bata merah merajah bedawang nala,telungah kelapa gading dibungkus dengan kain putih. Kalau untuk membangun pura bantennya ditambah,bata merahnya ‘merajah’ gambar padma,ditulis ‘dasaksara,batu hitam ditulis tri aksara dan dilengkapi kewangen bergambar ‘om kara amertha’ dan canang pendeman, semua perlengkapan itu diletakkan diatas banten bata merah ‘bedawang nala’. Bangunan suci dimaksud seperti Kemulan,Taksu,Tugu,Panglurah dan penunggun karang. Filosofi dari upacara tersebut adalah sebagai simbolis mewujudkan tempat rumah/karang itu sebagai symbol bhuana agung lingga stana Ida Bhetara.
Filosofi bata merah dan tumpeng barak adalah untuk mewujudkan ‘utpeti’ atau mencipta kehidupan yang bahagia dan sejahtra,gambar Bedawang Nala  sebagai Sanghyang Agni sebagai dasar inti bhumi/pertiwi.
Dalam Reg Weda I.59.2 tersurat “Muurdhaa divo naabhir agnih prthiviyaah” maksudnya bahwa Agni itu adalah dasar langit dan bumi ,pada Reg Weda VIII.102.9 disebutkan “Ayam visva abhi sriyo agnir devesu patyate” artinya Agni itu memiliki kekuatan untuk menghidupkan dunia. Dengan demikian upacara ‘mendem dasar’ itu sangat sesuai /identik dengan bunyi sastra tersebut.
BalÄ“ tradisional Bali juga sebagai simbolis Bhuana Agung sebagai tempat untuk membangun keghidupan yang dilandasi dengan kebenaran dan kesucian,sedangkan huruf bali ‘dasaksara dan tri aksara’ sebagai symbol kekuatan Ida Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa dalam memberi kekuatan kehidupan di dunia. Itulah sebabnya melalui upacara nasarin memberi makna bahwa rumah  umat Hindu di Bali tidak hanya berfungsi sebagai tempat tidur semata, tetapi lebih dari pada itu, yakni untuk mewujudkan harmoni kehidupan dalam membangun rumah tangga yang didasari oleh kemaha kuasaan Ida Hyang Widi Wasa. Namun apabila upacara ‘mendem dasar’ rumah itu tidak dimaknai dan dihayati dan disertai prilaku yang baik dalam kesehariannya,maka ‘ketattwan’/filosofi banten nasarin/mendem dasar itu tidak mempunyai arti apa-apa. (IKW/BPM/100515/Manix)