Di tengah sengatan matahari yang memantul di atas lumpur basah sawah Lipang, seorang lelaki paruh baya bertubuh mungil ,berdiri dibelakang traktor—bukan sembarang petani, dia Klian Subak Lipang: Guru Wayan Megeng. Di punggung traktor bajaknya, berkibar Sang Merah Putih, yang Ia kibarkan di galah bambu traktornya, bendera itu bukan sekadar lambang—tapi wujud harapan, doa, dan rasa cinta tanah air yang tak bisa dibeli.
Banjar Adat Tegenan Kelod
Minggu, 03 Agustus 2025
Menyambut HUT RI ke-80, Ala Klian Subak Lipang: Merdeka di Sawah, Merdeka Dalam Hati
Minggu, 20 April 2025
ST WERDHI SESANA MENGABDI DAN BERBAGI
Tanggal 31 Desember 1985 dibentuklah Muda Mudi Eka Werdhi oleh I Wayan Suiji sekaligus terpilih sebagai ketua Muda Mudi pertama kalinya dibina oleh Jero Mk.Suketisna(alm) bertempat di Bale Pesanekan Dadia Ibu Kanginan,kiprah seka teruna saat itu membantu dalam bidang adat,budaya dan keagamaan dan kegiatan yang paling berkesan adalah diadakan lomba penjor tanggal 21 Agustus 1985 karena tidak ada orang memenjor pada masa itu . Lomba yang dilaksanakan saat galungan itu sebagai juaranya adalah I Wayan Nurata (I),I Wayan Sudarpa(alm) (II) dan I Wayan Gunantra(alm)(III),sejak itulah warga masyarakat Tegenan kelod mulai memasang penjor setiap hari raya galungan sampai sekarang. Selanjutnya tahun 1989 Wayan Suiji terpilih sebagai Ketua KNPI Kecamatan Rendang dan beberapa oraganisasi kepemudaan,seperti Ketua Forum Komunikasi Karang Taruna,Pemuda Pancasila, kasgoro,sekretaris HKTI Kabupaten Karangasem,maka jabatan ketua muda mudi digantikan oleh Drs.I Made Sugama yang tinggal di Denpasar,sehingga organisasi menjadi fakum cukup lama. Lanjut sekitar tahun 2008 dibangkitkan kembali muda mudi terpilih sebagai ketuanya adalah I Made Mustapa sekaligus sebagai inisiator didampingi oleh klian banjar Adat Kelodan dan nama Muda-Mudi Eka Werdhi kemudian diubah menjadi ST.Werdhi Sesana ,Mustapa kemudian menikah selanjutnya diganti oleh I Wayan Teguh Pramarta,kemudian menikah juga dan 31 Desember 2024 digantikan oleh I Wayan Puspa Yoga,S.Pt.
Yoga yang seorang alumni Fapet Unud dengan gelar Sarjana Peternakan,bersama timnya Putu Satya,Surya Adnyani,Revi,Bombom dan yang lainnya minggu kemarin 20 April 2025 menggelar pengabdian berupa ngayah mereresik di Pura kahyangan Tiga dan Kahyangan Desa,Desa Adat Tegenan khususnya di Banjar Adat Tegenan Kelod.Pura yang disasar adalah Pura Dalem Putra,Pura Rajapati,Pura tulak Tanggul dan Pura Manik Harum. Hal ini kami anggap penting dilakukan terutama dalam menyambut hari raya galungan dan Kuningan,kita sebagai generasi penerus harus bisa mewarisi tradisi leluhur agar kita terbiasa ketika kita sudah berumah tangga nantinya,kegiatan ini sekaligus mengimplementasikan ajaran Tri Hita Karana khususnya Palemahan dan Parhyangan karena kita melakukan di Pura. Selesai kegiatan mereresik ,dana yang kami sudah berhasil kumpulkan melalui para donatur seperti KSP.Mekar Sari,UD.Sukma Tani,Cinang Tani,LA dan lainnya termasuk kami menggali dana lewat pembuatan pakaian seragam wajib kepada anggota. Oleh karena itu dalam rangka menyambut hari raya ,dana tersebut sebagian kami sumbangkan dalam bentuk sembako kepada para janda janda jompo,orang yang sakit sebagai wujud keprihatinan dan kami ikut mensufort beliau beliau itu, walaupun bantuan kami relatif kecil,semoga bermanfaat dan beliau bisa berbahagia dalam menyambut galungan ini,semua itu adalah bentuk implementasi bidang Pawongan atau gerakan sosial bagi ST.Werdhi Sesana,semoga sumbangsih kami anak anak muda Br.Adat Tegenan Kelod turut mendukung program Banjar Adat dan Desa Adat,ungkap Yoga.
Sementara itu salah seorang anggota Seka Teruna I Made Andika Gustama sekaligus anggota Polsek Rendang,sebagai polisi ia berharap agar anak muda khususnya anggota ST.Werdhi Sesana dalam momen hari raya ini agar disambut dengan suka cita,tetapi tidak berlebihan seperti mabuk mabukan, kebut-kebutan,prilaku premanisme, merokok berat apalagi bersentuhan dengan narkoba,usahakan jauhi semua itu agar kita tidak tersandung hukum. Saya amati teman teman kita disini khususnya anggota ST,masih baik baik saja dan normal apa adanya,mari kita jaga bersama kondusifitas ini,biar banjar dan desa kita aman tentram bisa melakukan aktivitas dengan nyaman,harapnya.
Disisi lain I Wayan Suiji sebagai pendiri sekaligus secara exopesio sebagai pembina ST karena sebagai Klian Banjar Adat Tegenan Kelod,sebagai orang tua sangat menginginkan kesatuan dan persatuan anak-anak remaja Banjar Adat Tegenan Kelod,semuanya agar masuk dalam wadah organisasi kepemudaan ST ini dari Usia kelas 9 keatas hingga belum menikah. Para orang tua/krama banjar tyang harapkan bisa mendorong anak-anaknya yang malas tedun ,untuk bisa hadir melakukan kegiatan sesuai program ST. Kepada orang tua,krama Banjar Adat Tegenan Kelod mari dukung anak anak kita,dorong ia hadir setiap kegiatan,dorong dia untuk mendapatkan sekolah atau pendidikan yang setinggi tingginya agar mereka memiliki kompetensi yang kuat,sebab seperti jargon banjar Adat Tegenan "Widya Kertha Mandala" artinya dengan pendidikan akan terwujud lingkungan yang sejahtra,pungkas Suiji (manixs).
Selasa, 07 Januari 2025
"MEBASEH LIMA" TRADISI DASAR PEWINTENAN DI TEGENAN
Desa Adat Tegenan yang terletak di kaki G.Agung bagian Barat Daya,merupakan desa pregunung karena sebagai wilayah kawasan suci mandala Besakih,sehingga setiap rentetan kegiatan Panca yadnya ada konektivitasnya dengan kesucian Pura Besakih, seperti upacara pitra yadnya tidak boleh membakar mayat ,dalam Dewa Yadnya tidak boleh melaksanakan upacara piodalan bersamaan dengan upacara Pr.Besakih yakni Purnama Kedasa dan sebagainya. Dalam hal upacara Rsi Yadnya ada prosesi penyucian diri yang dikenal dengan istilah Mebaseh Lima arti leksikalnya mencuci tangan yang mengandung makna pembersihan diri yang biasanya dilaksanakan sebelum melakukan pewintenan eka jati untuk pemangku ,yaitu prosesi ngutang mala di toya sah dengan melakukan prosesi pelukatan dan mandi di Sungai Esah .
Demikian halnya yang dilaksanakan hari ini nemonin rahina Buda Klion Ugu tanggal 08 Januari 2025 dilaksanakan prosesi mebaseh lima oleh I Wayan Sulaba Yasa beserta keluarga karena terpilih oleh niskala sebagai pemangku kahyangan tiga di Pura Dalem Putra . Diawali dengan upacara mepiuning di sanggah tua,di Dadia dan Kahyangan Tiga Mawinten biasanya dilaksanakan untuk mohon wara nugraha sebelum mempelajari ilmu keagaamaan. Selain itu, juga sebagai peningkatan kesucian diri.
Dikatakannya, upacara Pawintenan atau Mawinten merupakan
upacara yang beragam. Mulai dari Pawintenan Ngadat, pemangku, dan
pelajar. “Jika Pawintenan seorang pemangku dari walaka menjadi eka
jati. Sedangkan Pawintenan Saraswati merupakan Pawintenan yang dilakukan
oleh pelajar, supaya bisa mempelajari ilmu tentang keagamaan,” terang
pria 57 tahun tersebut.
Pinandita Pasek Swastika mengatakan, Mawinten berasal dari
kata winten, yaitu nama sebuah permata yang memiliki sifat yang mulia.
Tujuan dari pelaksanaan upacara ini sebagai penyucian diri secara lahir
dan batin. Jika dilihat secara lahir bertujuan untuk menyucikan
seseorang dari segala mala (kotor). Sedangkan secara batin, lanjutnya,
untuk memohon penyucian dari Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Ia
mengungkapkan bahwa Pawintenan Saraswati dilaksanakan supaya diberikan
wara nugraha, terlebih dalam mempelajari ilmu yang suci. Untuk nantinya
dapat mengamalkan ajaran-ajaran suci tersebut untuk dirinya maupun
orang lain. “Ketika sudah melaksanakan Pawintenan Saraswati, jika
seseorang akan menjadi pemangku selanjutnya juga harus ikut Pawintenan
Pemangku. Baik itu pawintenan mangku alit, pawintenan mangku gede, baru
pawintenan wiwa. Setelah itu, bhawati, kemudian baru didiksa,” urainya
kepada Bali Express (Jawa Pos Group) di Ashram Sari Taman Beji, Canggu,
Badung, pekan kemarin.
Dikatakannya, sebelum Mawinten seseorang harus melaksanakan
upacara Pangidep Hati. Di mana dalam upacara tersebut dimaksudkan agar
selanjutnya mendapatkan tuntunan yang lebih baik. Untuk seseorang yang
melaksanakan Pangidep Hati ini, lanjutnya, minimal yang bersangkutan
sudah tanggal gigi pertama. Diakuinya, tujuan dari pelaksanaan
Pawintenan merupakan tujuan hidup seseorang. Dijelaskannya,
berdasarkan Kitab Suci Rasaccamucaya sloka 6.80 berbunyi : Apan ikang
manah ngaranya, ya ika witning indriya, Maprawrtti ta ya ring subha
subha karma, matangnyan ikang manah juga prihen kahrtanya sakarang.
Maksudnya, sebab pikiran itu namanya sumbernya indriya, ialah yang
menggerakkan perbuatan baik buruk itu. Karena itu pikirkanlah yang patut
segera diusahakan pengendaliannya.
Selasa, 17 Desember 2024
I WAYAN SULABAYASA,STP KEPAICA JAN-BANGUL IDA BHETARA DALEM PUTRA
Sepeninggal pemangku Pura Dalem Putra,Jero Mk.Ketut Kania pada hari Kamis Umanis Sinta, Penanggal 13 Sasih Kasa icaka 1946, tanggal 18 Juli 2024,posisi pemangku Pr.Dalem dijabat sementara oleh Pjs Mk.Dalang Sujata pengiring Sanghyang Ringgit duwen Ida Betara Dalem berdasarkan hasil paruman krama Banjar Adat Tegenan Kelod pada Buda Wage Ukir,31 Juli 2024 bertempat di jaba Pura Dalem dari pukul 16.15 sd 17.10 yang dipimpin klian Banjar Adat Tegenan Kelod I Wayan Suiji.
Paruman berikut setelah masa berkabung dilaksanakan pada hari Buda Wage Langkir,tanggal 9 Oktober 2024 dimana paruman menawarkan kepada I Made Kariana,I Komang Mertayasa sebagai keturunan dari almarhum,termasuk ditawarkan pada I Wayan Sulabayasa sebagai keluarga,namun setelah berbagai mediasi tetep Md.kariana tidak mau dan meminta untuk nyanjan.
Kenapa klian memberikan kesempatan pada Md.Kariana se keluarga ?,karena melihat dari sejarahnya bahwa dari keluarga itulah yang menjadi pemangku sejak leluhurnya seperti Ida Hyang I Karda menjadi Mk.Dalem hingga meninggalnya tahun 1924 digantikan oleh anaknya Ida Hyang Mk.Layar yang meninggal tahun 1963,Mk layar punya anak masih kecil yakni Ida Hyang Made Sulaba dan hyang Mk. Ketut Kania sehingga belum mampu untuk dijadikan pemangku.
Sejak 1963 posisi pemangku kosong sehingga kalau ada upacara maka krama desa nyatah pemangku seperti Jero Dukuh Putus (alm) Jero Dalang Sumarka (alm),Jero Mk Suketisna(alm) saling bergantian hingga sampai tahun 2005 diadakan upacara ngenteg linggih di Pura Dalem ditunjuklah I Wayan Sukerta oleh krama desa jangkepan dan setelah diwinten di Pura Dalem bernama Jero Mk.Sukerti yang bertugas selama 12 tahun sampai tahun 2017 dan diabenkan oleh krama tahun 2018 serta di tahun 2016 Mk.Kania juga pernah ngagem ke Dalem menyatakan dirinya mapununasan karena ia sakit agar dia ngiring menjadi pemangku di Pura Dalem,karena sudah ada pemangku,maka sementara oleh klian ia hanya diijinkan ngayah saja. Setelah Mk Sukerti Meninggal ,barulah tahun 2018 Mk Kania ditunjuk menjadi pemangku di Pura Dalem ,dimana sebelumnya Mk Kania juga sebagai pemangku Manik Harum dan Pr Dukuh Ibu Kanginan. Beliau bisa bertugas selama 6 tahun dan berhenti karena meninggal dunia 18 Juli 2024. Menilisik sejarah itulah krama kemudian memberi kesempatan kepada keluarganya.
Sehubungan keluarga bersangkutan tidak sanggup menjadi pemangku maka dibentuklah tim nyanjan untuk bertugas mencari tapakan,pada hal awalnya Guru Megeng mengusulkan agar mencari tapakan lokal,namun salah satu krama berkehandak mencari tapakan dari luar. Setelah melaksanakan tugas seperti Dalang Sujata sampai ke undisan tetapi tidak dapat juga,kemudian kelian mencari di samuh,dukuh,suter semua gagal dan H-4 adalah petunjuk dari Ida Bhetara Dalem lewat mimpi agar mencari tapakan lokal (Jero tapakan Pagi) dan diikutilah petunjuk itu,walaupun jero tapakan dalam kondisi kurang sehat,astungkara H-1 beliau sembuh dan bisa melaksanakan tugasnya.
Pada hari Minggu Umanis Menail penanggal 15 sasih kenem caka1946 atau purnama kenem jam 13.00 bertempat di pura Dalem dihadiri oleh krama banjar Adat Tegenan Kelod,maka setelah diadakan prosesi nedunang Ida Bhetara, maka tugas jan bangul pemangku di Pura Dalem kepaica pada I Wayan Sulabayasa,STP,seorang sarjana Teknologi Pertanian sekaligus sebagai owner Toko Laba Artha yang bergerak dibidang penjualan alat/bahan bangunan. Astungkara ,tepatlah harapan krama karena dilihat dari sejarah memang keluarga tersebutlah keturunan Mangku Dalem. Semoga kedepannya sehat rahayu dalam lindungan Ida Bhetara Dalem sehingga beliau dapat melaksanakan tugas dengan baik dan panjang umur.Kemudian untuk menopang tugas pemangku, klian Banjar Adat seijin krama, akan memberikan santunan berupa asuransi jiwa dengan menempatkan dana pada KSP Mekar Sari sejumlah Rp.8 juta untuk suami-istri jero mangku anyar sebagai biaya BPJS agar pemangku/keluarganya tidak berat bebannya nanti.Rencananya,akan segera kordinasi dengan pihak sulinggih yang akan ngewintenin pada hari Rabu Wage Klau 22 Januari 2024 mendatang pada saat Ida Bhetara Dalem katuran piodalan,rahayu(manixs).
Rabu, 31 Juli 2024
PERTANGGUNGJAWAABAN DALAM PROGRAM KERJA
Klian Banjar Adat Tegenan Kelod I Wayan Suiji,dalam memimpin rapat khusus pada hari Rabu Wage Ukir tanggal 31 Juli 2024 kemarin menyampaikan rancangan program kerja 2024/2025 dan pertanggungjawaban program yang sudah berjalan yakni Pembangunan 2 buah candi bentar,pembangunan tembok penyengker,pembuatan gedong penyimpenan dan pelinggih catur pengeter dengan menelan dana dua ratus juta lebih. Rapat yang dihadiri oleh krama jangkepan dan krama penyada disaksikan oleh Bendesa Adat,Klian Subak Lipang dan Prejuru Subak Abian Pucak Sari yang gilirannya memungut cingkrem pada pertemuan ini.
Dalam pertemuan kemarin klian Banjar Adat Tegenan kelod memaparkan penghabisan biaya pembangunan yang awalnya memiliki kas 54 juta lebih di bulan Mei 2023 sudah mulai membangun yang akan dibantu dari desa adat sekitar 85 juta,namun dalam perjalanan dana tersebut belum dapat dicairkan, sehingga keliang terpaksa meminjam dana dari Koperasi Mekar Sari,Kas Banjar Adat suka duka dan klian sendiri,setelah bernegosiasi mendapat bantuan 30 juta dari PT.Bali Agung Waters digunakan untuk pembangunan 1 pelinggih di Manikarum 15,7 juta dan di Pura Dalem 14,3 juta membangun pelinggih catur Pengeter. Selama kegiatan pembangunan,mlaspas dan ngerainin total penghabisan Rp.250.312.000,- sedangkan pemasukan dari penjualan barang,cingkrem,bantuan bantuan apabila cair jumlah total sebesar Rp 249.809.000,- sehingga kekurangan dana lagi Rp.503.000,- nanti detilnya silahkan dibaca ungkap Suiji.
Agenda berikutnya yang dipaparkan adalah tentang kekosongan pemangku Pura Dalem yang harus diisi cara mendapatkan bisa melalui penunjukan langsung kepada keturunan pemangku sebelumnya (seserodan),dengan lekesan dan dengan cara nyanjan,yang mana nanti metoda yang dipilih. Sementara untuk mengisi kevakuman saya tunjuk JM Dalang Sujata,alasannya karena yang bersangkutan ngiring duen Ida Bhetara Dalem yaitu berupa Wayang,itu logikanya,salah seorang peserta rapat menginginkan dengan sistem Nyanjan,satu lagi ada seserodan,hal itu merupakan usulan,silahkan usulannya nanti sebelum odalan kita akan cari solusi terbaik karena ini adalah untuk kita semua. Tanggal 13 Nopember 2024 Buda Wage Merakih sasih ke lima,kita akan lakukan upacara madeg mangku,karena 2 bulannya akan diwintenin pada piodalan Buda Wage Klau 22 Januari 2025. ada masa jeda 2 bulan untuk persiapan diri. ungkap Suiji.
Program selanjutnya yang disampaikan adalah rencana ngenteg Linggih di Pura Pucaksari pada Buda Klion Sinta Pas Purnama kawulu, 12 Pebruari 2025,sehingga anggaran perlu dipending sedangkan banten akan dibagikan kepada pengempon .(manixs)
Selasa, 21 Mei 2024
VIEW PURA MANIK HARUM MENGESANKAN BUPATI
Bupati Karangasem I Gede Dana,Selasa 21 Mei 2024 kemarin mengadakan kunjungan kerja ke Pura Manik Harum atas undangan Klian Pura I Wayan Mulus Muliadi. Mulus mengatakan tujuan diundangnya bupati datang ke Pura Manik Harum adalah untuk meninjau dari dekat keberadaan pura yang ditimpa musibah angin lilus 13 Maret lalu, sehingga mengakibatkan 95% bangunan pura rusak berat rata dengan tanah ditimpa pohon beringin yang roboh,kerugian diperkirakan 200an juta rupiah,harapannya dengan kedatangan bupati paling tidak mendapat dana bantuan,ujarnya.
Kehadiran bupati disambut oleh Klian Banjar Adat Tegenan Kelod bersama klian Pura serta bendesa Adat Tegenan I Ketut Wana Yasa,bupati sangat kagum dengan keindahan view disekitar pura yang terhampar ngarai dan persawahan serta lekukan sungai telagawaja yang membusur dari utara,barat hingga keselatan. Sawah yang menguning menambah indahnya pemandangan di sekitar pura sehingga mengakibatkan ketenangan jiwa untuk sembahyang,ujar bupati.
Setelah duduk istirahat sejenak di wantilan pura,ibu ibu Pakis dan Serati dengan pakaian khasnya putih poleng, menyuguhkan kopi dengan penganan sela mekukus,pisang melablab dan jagung meurab kepada bupati dan rombongan dari Kesra dan protokol daerah. Koordinator konsumsi Ni Kadek Ririn Susanti yang ketua Pakis Desa Adat Tegenan,dengan sigap sejak H-1 sudah mempersiapkan menu snek yang akan disajikan kepada bupati dibiayai desa adat,koordinator berkordinasi dengan klian banjar Adat untuk menu yang akan disajikan ,Ririn sosok pekerja keras dan suka ngayah atau mengabdi di masyarakat tidak mengenal lelah kalau sudah melakukan kegiatan sosial yang dilakoni secara serius,iklas tanpamrih.
Usai menyantap hidangan yang disajikan Klian Banjar Adat Tegenan Kelod I Wayan Suiji membuka acara tatap muka seijin bupati. Suiji menceritakan latar belakang berdirinya pura swagina ini yang pada intinya untuk kemakmuran para petani,khususnya petani sawah yang dilimpahkan oleh Dewi Sri yang distanakan di Pura ini,Agustus 2018 kemarin sudah melakukan upacara ngenteg linggih,namun karena musibah maka pura hancur berantakan padahal krama sedang membangun Pura Dalem,sehingga untuk pembiayaan pembangunan pura krama banjar Adat Jangkepan sebagai pengempon terpaksa kena iuran setiap bulan 100 ribu rp dan lainnya Klian bersama prejurunya sudah mengajukan permohonan keberbagai instansi,atas kerja keras klian sudah membuahkan hasil dari uluran partisipasi beberapa perusahaan. Karena bupati sempat menyampaikan bahwa kehadirannya dikira undangan pemuspaan odalan,maka Suiji menegaskan semoga kedepannya bupati bisa menyisihkan anggaran untuk membantu pembangunan lebih lanjut,harap Suiji. Selanjutnya bupati memberikan arahan agar krama bersatu,yakin akan keberadaan Ida Bhetara,juga bertani dengan sungguh sungguh sehingga hasil panen melimpah akan bisa mensejahtrakan keluarga,bisa menyekolahkan anak dan bisa mewujudkan kebutuhan lainnya, saya sebagai bupati merasa kagum dengan ketulusan krama untuk membangun yang lebih baik walaupun dengan mencicil,tetapi semangat umat tetap terjaga sehingga keberadaan adat dan agama tetap ajeg di Tegenan ini,ucap bupati.
Usai ramah tamah bupati dan rombongan diarahkan ke jeroan oleh klian banjar untuk sembahyang bersama,usai sembahyang bupati menyerahkan bantuan kepada klian pura I Wayan Mulus Muliadi, selanjutnya sempat berfoto bersama dengan krama Pakis dan Serati (manixs)
Kamis, 08 Februari 2024
70 TAHUN USIANYA TERPAKSA DIGEMPUR
Banjar Adat Tegenan Kelod yang merupakan bagian teritorial wilayah Desa Adat Tegenan,tahun 2024 ini akan merenovasi Candi di jaba tengah dan jaba sisi,Apit lawang dan membuat bangunan baru berupa gedong penyimpenen linggih due pejenengan Pura Dalem Putra dengan bahan dari batu hitam. Biaya yang dibutuhkan sekitar 175 juta rupiah yang sumbernya dari BKK Provinsi Bali diberikan 85 Juta rupiah sisanya berupa swadaya krama yang merupakan hasil keputusan rapat krama pada tahun 2022 lalu,ujar Klian Banjar Adat Tegenan Kelod I Wayan Suiji.
Suiji juga menambahkan bahwa pembangunan yang sudah direncanakan dua tahun silam,sesuai skedulnya pembongkaran material dimulai pada Rabu Wage Warigadian,7 Pebruari 2024,secara gotong royong hingga Kamis kemarin,sedangkan hari ini Sukra Umanis Warigadian bertepatan dengan tilem kawolu diadakan mulang dasar sebagai tanda dimulainya dewasa membangun candi dan lainnya, yang dipuput oleh Jero Mangku Dalang Sujata yang juga pengiring Sanghyang Ringgit due Ida Betara Dalem, karena Jero Mangku Dalem dalam keadaan tidak sehat. Sesuai perjanjian kerja dengan pemborong bahwa sesuai hasil penawaran dan skedul kegiatan akan dimulai tanggal 12 Pebruari yang akan datang dan akan diplaspas pada Purnama Kedasa,24 Maret 2024 mendatang.
Kami juga sempat mempublikasikan kegiatan pembongkaran candi ini melalui media sosial tiktok ternyata penontonnya ,pada saat berita ini diturunkan bisa mencapai sejumlah 220.000 pemirsa,dengan banyak komentar miring, mempertanyakan kealamian warisan leluhur kenapa dibongkar dan sebaiknya direnovasi,menurutnya restorasi lebih baik daripada dipugar apalagi diganti dengan batu,karena disatu sisi melestarikan tamian leluhur dan disisi lain akan memberikan taksu yang lebih maksimal. Kami melakukan ini bukan semata-mata atas kehendak kami dan apalagi karena adanya Bansos, tetapi atas dasar kesepakatan membongkarnya karena koindisi bangunan,khususnya sudah banyak yang rontok dan retak-retak cukup banyak,maka kami khawatir,kalau dibiarkan,terus pas anggota masyarakat ada yang mau sembahyang,khawatir bisa tertimpa reruntuhan sehingga bangunan ini cukup berisiko bagi krama yang sedang beraktipitas disekitar candi.kami sempat jengkel membaca komen netizen yang mengatakan,karena bansoslah,karena lupa dengan jasa leluhur dan lainnya,tapi banyak juga yang like dan mendukung kegiatan kami,maklumlah dengan yang namanya netzen, ya begitulah ungkap Suiji.
Pada saat mulang dasar Suiji memanggil klian klian dadia untuk meletakan batu pertama di lima lokai mendem dasar dan prejuru yang hadir seperti I Nyoman Selahdana penyarikan banjar,I Made Entegan Juru Raksa Banjar dan I Wayan Kariana Klian Subak Abian Pucak Manik. Perwakilan ini dipanggil karena pura ini miliki bersama dan dibangun serta dipelihara adalah bersama sama,ujarnya.
Sementara itu Bendesa Adat Tegenan I Ketut Wana Yasa,menyambut baik program ini,karena apabila tidak ditangani secepatnya,maka krama bisa beresiko tertimpa runtuhan,ini sudah bagus,kami dari pihak Desa Adat sesuai perarem bergilir dan hanya bisa mengalokasikan 85 juta rupiah,karena Pura lain yang merupakan kewajiban Desa Adat seperti di Pura Prajapati,Setra,Margi Tiga,Tulak Tanggul,Margi Catur, Pangkungcinang,Pekandelan,Pengadangan dan Tegal Saab,harus juga dianggarkan untuk pemeliharaan, upakara dan renovasinya. Seperti sekarang kami juga hari ini, membuat dasar gedong penyimpenan di Pura Prajapati,untuk nyimpen pengadeg betari nini Durga yang sedang dalam proses, rencananya kuningan nanti kita plaspas dan solahang,karena ini adalah petunjuk niskala Ida Sesuhunan, kami tidak berani main-main kalau urusan niskala,sebisa mungkin akan dilaksanakan sesuai juga kesepakatan prejuru dan atau krama Desa Adat Tegenan,ujar bendesa.(manixs).