Desa Adat Tegenan yang terletak di kaki G.Agung bagian Barat Daya,merupakan desa pregunung karena sebagai wilayah kawasan suci mandala Besakih,sehingga setiap rentetan kegiatan Panca yadnya ada konektivitasnya dengan kesucian Pura Besakih, seperti upacara pitra yadnya tidak boleh membakar mayat ,dalam Dewa Yadnya tidak boleh melaksanakan upacara piodalan bersamaan dengan upacara Pr.Besakih yakni Purnama Kedasa dan sebagainya. Dalam hal upacara Rsi Yadnya ada prosesi penyucian diri yang dikenal dengan istilah Mebaseh Lima arti leksikalnya mencuci tangan yang mengandung makna pembersihan diri yang biasanya dilaksanakan sebelum melakukan pewintenan eka jati untuk pemangku ,yaitu prosesi ngutang mala di toya sah dengan melakukan prosesi pelukatan dan mandi di Sungai Esah .
Demikian halnya yang dilaksanakan hari ini nemonin rahina Buda Klion Ugu tanggal 08 Januari 2025 dilaksanakan prosesi mebaseh lima oleh I Wayan Sulaba Yasa beserta keluarga karena terpilih oleh niskala sebagai pemangku kahyangan tiga di Pura Dalem Putra . Diawali dengan upacara mepiuning di sanggah tua,di Dadia dan Kahyangan Tiga Mawinten biasanya dilaksanakan untuk mohon wara nugraha sebelum mempelajari ilmu keagaamaan. Selain itu, juga sebagai peningkatan kesucian diri.
Dikatakannya, upacara Pawintenan atau Mawinten merupakan
upacara yang beragam. Mulai dari Pawintenan Ngadat, pemangku, dan
pelajar. “Jika Pawintenan seorang pemangku dari walaka menjadi eka
jati. Sedangkan Pawintenan Saraswati merupakan Pawintenan yang dilakukan
oleh pelajar, supaya bisa mempelajari ilmu tentang keagamaan,” terang
pria 57 tahun tersebut.
Pinandita Pasek Swastika mengatakan, Mawinten berasal dari
kata winten, yaitu nama sebuah permata yang memiliki sifat yang mulia.
Tujuan dari pelaksanaan upacara ini sebagai penyucian diri secara lahir
dan batin. Jika dilihat secara lahir bertujuan untuk menyucikan
seseorang dari segala mala (kotor). Sedangkan secara batin, lanjutnya,
untuk memohon penyucian dari Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Ia
mengungkapkan bahwa Pawintenan Saraswati dilaksanakan supaya diberikan
wara nugraha, terlebih dalam mempelajari ilmu yang suci. Untuk nantinya
dapat mengamalkan ajaran-ajaran suci tersebut untuk dirinya maupun
orang lain. “Ketika sudah melaksanakan Pawintenan Saraswati, jika
seseorang akan menjadi pemangku selanjutnya juga harus ikut Pawintenan
Pemangku. Baik itu pawintenan mangku alit, pawintenan mangku gede, baru
pawintenan wiwa. Setelah itu, bhawati, kemudian baru didiksa,” urainya
kepada Bali Express (Jawa Pos Group) di Ashram Sari Taman Beji, Canggu,
Badung, pekan kemarin.
Dikatakannya, sebelum Mawinten seseorang harus melaksanakan
upacara Pangidep Hati. Di mana dalam upacara tersebut dimaksudkan agar
selanjutnya mendapatkan tuntunan yang lebih baik. Untuk seseorang yang
melaksanakan Pangidep Hati ini, lanjutnya, minimal yang bersangkutan
sudah tanggal gigi pertama. Diakuinya, tujuan dari pelaksanaan
Pawintenan merupakan tujuan hidup seseorang. Dijelaskannya,
berdasarkan Kitab Suci Rasaccamucaya sloka 6.80 berbunyi : Apan ikang
manah ngaranya, ya ika witning indriya, Maprawrtti ta ya ring subha
subha karma, matangnyan ikang manah juga prihen kahrtanya sakarang.
Maksudnya, sebab pikiran itu namanya sumbernya indriya, ialah yang
menggerakkan perbuatan baik buruk itu. Karena itu pikirkanlah yang patut
segera diusahakan pengendaliannya.