Banjar Adat Tegenan Kelod yang merupakan bagian teritorial wilayah Desa Adat Tegenan,tahun 2024 ini akan merenovasi Candi di jaba tengah dan jaba sisi,Apit lawang dan membuat bangunan baru berupa gedong penyimpenen linggih due pejenengan Pura Dalem Putra dengan bahan dari batu hitam. Biaya yang dibutuhkan sekitar 175 juta rupiah yang sumbernya dari BKK Provinsi Bali diberikan 85 Juta rupiah sisanya berupa swadaya krama yang merupakan hasil keputusan rapat krama pada tahun 2022 lalu,ujar Klian Banjar Adat Tegenan Kelod I Wayan Suiji.
Suiji juga menambahkan bahwa pembangunan yang sudah direncanakan dua tahun silam,sesuai skedulnya pembongkaran material dimulai pada Rabu Wage Warigadian,7 Pebruari 2024,secara gotong royong hingga Kamis kemarin,sedangkan hari ini Sukra Umanis Warigadian bertepatan dengan tilem kawolu diadakan mulang dasar sebagai tanda dimulainya dewasa membangun candi dan lainnya, yang dipuput oleh Jero Mangku Dalang Sujata yang juga pengiring Sanghyang Ringgit due Ida Betara Dalem, karena Jero Mangku Dalem dalam keadaan tidak sehat. Sesuai perjanjian kerja dengan pemborong bahwa sesuai hasil penawaran dan skedul kegiatan akan dimulai tanggal 12 Pebruari yang akan datang dan akan diplaspas pada Purnama Kedasa,24 Maret 2024 mendatang.
Kami juga sempat mempublikasikan kegiatan pembongkaran candi ini melalui media sosial tiktok ternyata penontonnya ,pada saat berita ini diturunkan bisa mencapai sejumlah 220.000 pemirsa,dengan banyak komentar miring, mempertanyakan kealamian warisan leluhur kenapa dibongkar dan sebaiknya direnovasi,menurutnya restorasi lebih baik daripada dipugar apalagi diganti dengan batu,karena disatu sisi melestarikan tamian leluhur dan disisi lain akan memberikan taksu yang lebih maksimal. Kami melakukan ini bukan semata-mata atas kehendak kami dan apalagi karena adanya Bansos, tetapi atas dasar kesepakatan membongkarnya karena koindisi bangunan,khususnya sudah banyak yang rontok dan retak-retak cukup banyak,maka kami khawatir,kalau dibiarkan,terus pas anggota masyarakat ada yang mau sembahyang,khawatir bisa tertimpa reruntuhan sehingga bangunan ini cukup berisiko bagi krama yang sedang beraktipitas disekitar candi.kami sempat jengkel membaca komen netizen yang mengatakan,karena bansoslah,karena lupa dengan jasa leluhur dan lainnya,tapi banyak juga yang like dan mendukung kegiatan kami,maklumlah dengan yang namanya netzen, ya begitulah ungkap Suiji.
Pada saat mulang dasar Suiji memanggil klian klian dadia untuk meletakan batu pertama di lima lokai mendem dasar dan prejuru yang hadir seperti I Nyoman Selahdana penyarikan banjar,I Made Entegan Juru Raksa Banjar dan I Wayan Kariana Klian Subak Abian Pucak Manik. Perwakilan ini dipanggil karena pura ini miliki bersama dan dibangun serta dipelihara adalah bersama sama,ujarnya.
Sementara itu Bendesa Adat Tegenan I Ketut Wana Yasa,menyambut baik program ini,karena apabila tidak ditangani secepatnya,maka krama bisa beresiko tertimpa runtuhan,ini sudah bagus,kami dari pihak Desa Adat sesuai perarem bergilir dan hanya bisa mengalokasikan 85 juta rupiah,karena Pura lain yang merupakan kewajiban Desa Adat seperti di Pura Prajapati,Setra,Margi Tiga,Tulak Tanggul,Margi Catur, Pangkungcinang,Pekandelan,Pengadangan dan Tegal Saab,harus juga dianggarkan untuk pemeliharaan, upakara dan renovasinya. Seperti sekarang kami juga hari ini, membuat dasar gedong penyimpenan di Pura Prajapati,untuk nyimpen pengadeg betari nini Durga yang sedang dalam proses, rencananya kuningan nanti kita plaspas dan solahang,karena ini adalah petunjuk niskala Ida Sesuhunan, kami tidak berani main-main kalau urusan niskala,sebisa mungkin akan dilaksanakan sesuai juga kesepakatan prejuru dan atau krama Desa Adat Tegenan,ujar bendesa.(manixs).