Sabtu, 13 Oktober 2018

SEJARAH PURA MANIK HARUM DI DESA PAKRAMAN TEGENAN


Dikisahkan pada zaman dahulu dikaki Gu-nung Agung terdapatlah sebuah pemukiman penduduk yang oleh raja diberi sebutan atau nama Desa  Pikulan yang dipimpin oleh Ki Pasek Pikulan, karenanya dalam struktur desa pregunung krama Desa Pikulan diberi tugas mikul/mundut Ida Betara ring Besakih. Lama kelamaan  desa ini kemudian diberi nama Desa Tegenan.
Penduduknya hidup damai bersahaja dengan pencaharian bercocok tanam padi, jagung,pala wija dan sebagainya,namun pada suatu ketika malapetaka pun datang,…… hewan ternak, hasil pertanian semua dirusak dan pendudukpun diculik dijadikan santapan oleh Raksasa yang tinggal di sebuah gua tepi desa. Masyarakat tak bisa berbuat apa-apa, karena kekejaman raksasa,maka Ki Pasek Pikulan sebagai pemimpin desa, memanggil seluruh krama untuk bermusyawarah mencari solusi mengatasi masalah ini,dan akhirnya disepakati bekerja bersama,bersama bekerja untuk berperang melawan raksasa,maka Ki Pasek Pikulanpun membuat strategi  yakni, di batas utara dibuat benteng sebagai andalan,maka tempat itu diberi nama Pekandelan,sedangkan dibatas selatan dibuatkan benteng juga yang kemudian diberi nama Tulak Tanggul artinya Benteng penolak.
 
Rupanya raksasa belum juga terkalahkan, akhirnya Ki Pasek Pikulan bersemedi dibenteng utara akhirnya  muncul 3 api (gni tri) dari gunung agung dan mendapat wahyu/ petunjuk bahwa untuk membunuh raksasa ini harus di-'reka' atau digambar dan kemudian dipanah dengan janur atau busung (kemudian tempat itu bernama Gambar dan Busungan) dan apabila menang agar dibuatkan telaga dengan dasar baja dan dibuatkan patung  maka akan muncul lima mata air suci untuk pesucian beliau…..Ida Betara Besakih.       
 
Akhirnya strategi ki Pasek Pikulan, disamping mengikuti petunjuk niskala juga minta bantuan ke tetangganya di Desa Tubuh , yang juga diganggu oleh raksasa itu, selanjutnya krama Tegenan dan Tubuh berperang melawan raksasa dengan hebatnya dan sangat seru sehingga ‘mekapang-kapangan/hiruk pikuk’ tidak karuan (kemudian tempat ini bernama Lipang), saking sengitnya peperangan, Ki Pasek Pikulan ingat wahyu Dewata,maka ia menggambar wujud raksasa ini, sehingga raksasa bengong heran melihat gambarnya...dan ketika itulah raksasa itu dipanah dengan busung   akhirnya raksasapun mati… masyarakat dan bersorak kegirangan
Kemudian karena sudah berhasil mengalah-kan Raksasa itu maka dibuatkanlah   kolam dengan dasar baja dilengkapi patung , yang kemudian tempat itu diberi nama Telaga Waja dan Arca, selanjutnya sesuai sabda Beliau Bhetara Lingsir maka munculah 5 mata air  yang disebut Pancaka Tirta, yang paling timur diberi nama Tirta Giri Kusuma,sebelah baratnya karena mata airnya besar hingga ngerobog,maka disebut Tirta Grobogan orang sekarang menyebut di Grubug,sebelah baratnya Tirta Suda,Tirta Tlagawaja,Tirta Arca dan Tirta Amerta/Ananta Boga di Pura Goa Gala Gala, sedangkan tempat Ki Pasek Pikulan menerima wahyu diberinama Tegal Suci sebagai tempat pesucian Ida Betara Lingsir Gunung Agung/ Besakih sampai sekarang.
Akhirnya semenjak itu Tegenan aman ,karena BERSATU, KERJA BERSAMA DAN KERJA SAMA,kemudian karena sudah    dirasa aman, maka Ki Pasek Pikulan  sebagai ‘dulu desa’, berusaha untuk meningkatkan kesejahtra-an warganya dengan mencari wangsit atau petunjuk baik secara sekala maupun niskala. Kemudian disuatu hari saat bertandang ke sahabatnya di daerah Pulasari (Bangli),ketika malam hendak pulang saat melewati aliran Tukad Jinah dilihatlah sinar terang disekitar sungai ,kemudian didekati ternyata yang bersinar itu adalah batu kecil kehijauan yang menyerupai permata dan tidak berfikir panjang dibawalah batu itu,namun setelah tiba dibatas desa,batu tersebut seolah memberat dan muncul bau harum dan akhirnya sampai disuatu tempat batu itupun memberat dan tidak bisa dibawa olehnya akhirnya ditinggal ditempat itu. Karena penasaran be-soknya dilihat ditempat itu ternyata tidak dite-mukan, kemudian setiap hari suci/rahinan maka banyak masyarakat melihat sinar melompat-lompat seperti manik dan menebarkan bau harum,selanjutnya ki Pasek Pikulan memohon petunjuk dan mendapat kesimpulan di tempat itu agar dibangun Pura supaya hasil pertanian padi dan palawija warga selamat. Selanjutnya disampaikan pada warga dan wargapun sepakat membangun Pura pada hari purnama sasih kapat rahina Sukra Umanis Kelawu yang diberi nama Pura Manik Harum (sesuai wangsit) dan yang distanakan adalah : Dewi Sri Mas Manik Galih, Dewa Sri Sedana,Dewi Ulundanu,Dewa Sangkara dan Betara Segara, serta pelinggih pendukung lainnya. Setelah itu dibangun,maka hasil padi dan palawija melimpah dan wargapun riang penuh syukur maka sejak itulah piodalannya dilak-sanakan setiap Sukra Umanis Kelau.
Namun pada suatu ketika datanglah bencana,semua tanaman di rusak hama tikus dan walangsangit panenpun gagal,selanjutnya ki Pasek Pikulanpun mohon petunjuk di pura itu dan didapat wahyu agar dibuatkan pura di salah satu tempat di Bukit Moncol atau Bukit Glebeg yang kemudian disebut Pura Pucaksari yang distanakan adalah Betara Gana, Betara Segara beserta rencang ida dengan upacara piodalan pada Buda Klion Sinta atau Pagerwesi dan upacara peneduh lan nangluk merana. Maka sejak itu tanaman krama menjadi aman dari serangan tikus dan Walangsangit.
Selanjutnya tahun Maret 2002 terjadilah kerauhan masal di Br.Tegenan Kaler dan semua masyarakat tumpah ruah turun melaksanakan persembahyangan sampai sebulan tujuh hari dan berbagai petunjuk diberikan kala itu salah satunya adalah mendirikan Pura di Tegal Suci dibawah pohon Genitri yang dulu zaman Ki Pasek Pikulan tempat mohon petunjuk melihat tiga sinar kemudian Pura itu diberi nama Pura Suci Manik Gni.
Sedangkan menurut pemuus/petunjuk ketiga pura ini adalah merupakan satu kesatuan yang berfungsi untuk kesejatraan umat atau penyungsungnya. Astungkara sekian lama Pura Manik Harum ini sudah berdiri, baru kali inilah bisa diselenggarakan upacara   Caru Manca Kelud,Mlaspas,Mendem Pedagingan lan Ngenteg linggih mepedudusan alit yang diselenggarakan hari Jumat Umanis wuku Klau,tanggal 28 September 2018,yang diempon oleh 122 KK pengarep dan 32 KK Penyiwi. dan dihadiri oleh Ibu Bupati Karangasem,Bapak Asisten 1,Kabag Hukum,Kabag Kesra,Camat Rendang, Kapolsek,PHDI,DPRD(Km.Rena,Ngh Ada) Direktur PDAM beserta staf dll didukung oleh krama,WHDI,Serati,PKK,STT,Pecalang dll dandipuput oleh Ida Pandita Mpu Dharma Yoga Semadi Gria Pucaksari Pesaban

,Ida Pedanda Istri Kania Gria Alangkajeng,semoga dengan terlaksananya  upacara ini, memberikan semangat dan menumbuhkan rasa bakti yang semakin mendalam pada Hyang Parama kawi (Manixs).

Nara Sumber:        
1.Jero Mangku Mahardika
2.Wayah Rempyang (Alm)
3.Guru Sukarma(Alm)
4.Guru Km.Soeidji (alm
5.Berbagai literasi