PRAGMEN
BLEGANJUR MENANGA VESTIVAL DARI BANJAR TEGENAN
Dengan
Judul BAKTI MANDALA KRIYA,MEMBANGUN DESA DENGAN KERJA BERSAMA UNTUK MENUJU “Karangasem yang Cerdas, Bersih dan
Bermartabat Berlandaskan Tri Hita Karana"
Dikisahkan
pada zaman dahulu dikaki Gunung Agung terdapatlah sebuah pemukiman penduduk
yang oleh raja diberi sebutan atau nama Desa Pikulan yang dipimpin oleh Ki Pasek Pikulan,karenanya
dalam struktur desa pregunung krama Desa Pikulan diberi tugas mikul/mundut Ida
Betara ring Besakih. Lama kelamaan desa
ini kemudian diberi nama Desa Tegenan.
Penduduknya
hidup damai bersahaja dengan pencaharian bercocok tanam padi,jagung,pala wija
dan sebagainya,namun pada suatu ketika malapetakapun datang,…… hewan ternak, hasil
pertanian semua dirusak dan pendudukpun diculik dijadikan santapan oleh Raksasa
yang tinggal di sebuah gua tepi desa. Masyarakat tak bisa berbuat apa-apa,
karena kekejaman raksasa,maka Ki Pasek Pikulan sebagai pemimpin desa, memanggil
seluruh krama untuk bermusyawarah mencari solusi mengatasi masalah ini,dan akhirnya disepakati
bekerja bersama,bersama bekerja untuk berperang melawan raksasa,maka Ki Pasek
Pikulanpun membuat strategi yakni, di
batas utara dibuat benteng sebagai andalan,maka tempat itu diberi nama Pekandelan,sedangkan dibatas selatan
dibuatkan benteng juga yang kemudian diberi nama Tulak Tanggul.
Rupanya
raksasa belum juga terkalahkan,akhirnya Ki Pasek Pikulan bersemedi dibenteng utara
akhirnya muncul 3 api (gni tri) dari
gunung agung dan mendapat wahyu/ petunjuk bahwa untuk membunuh raksasa ini
harus di-'reka' atau digambar dan kemudian dipanah dengan janur atau busung (kemudian
tempat itu bernama Gambar dan Busungan) dan apabila menang agar dibuatkan
telaga dengan dasar baja dan dibuatkan patung maka akan muncul lima mata air suci untuk pesucian
beliau…..Ida Betara Besakih.
Akhirnya
strategi ki Pasek Pikulan, disamping mengikuti petunjuk niskala juga minta
bantuan ke tetangganya di tubuh , yang juga diganggu oleh raksasa itu,
selanjutnya krama Tegenan dan Tubuh berperang melawan raksasa dengan hebatnya
dan sangat seru sehingga ‘mekapang-kapangan’
tidak karuan (kemudian tempat ini bernama Lipang),
saking sengitnya peperangan, Ki Pasek Pikulan ingat wahyu Dewata,maka ia menggambar wujud raksasa ini,
sehingga raksasa bengong heran melihat gambarnya...dan saat itulah raksasa itu dipanah dengan busung dan tombak sakti
Ki Tubuh akhirnya raksasapun mati…masyarakat bersorak kegirangan dan sebagai
rasa terimakasih atas kerja bersamanya maka ki Tubuh diberikan hadiah 4 siit
tanah yang kemudian didiami oleh
keturunannya sampai sekarang.
Kemudian
karena sudah berhasil mengalahkan Raksasa itu maka dibuatkanlah kolam dengan
dasar baja dilengkapi patung , yang kemudian tempat itu diberi nama Telaga Waja dan Arca, selanjutnya sesuai sabda Beliau Bhetara Lingsir maka munculah
5 mata air yang disebut Pancaka Tirta,
yang paling timur diberi nama Tirta Giri
Kusuma,sebelah baratnya karena mata airnya besar hingga ngerobog,maka
disebut Tirta Grobogan orang sekarang
menyebut di Grubug,sebelah baratnya Tirta
Suda,Tirta Tlagawaja,Tirta Arca dan Tirta Amerta/Ananta Boga di Pura Goa Gala Gala, sedangkan tempat Ki
Pasek Pikulan menerima wahyu diberinama Tegal
Suci sebagai tempat pesucian Ida Betara Lingsir Gunung Agung sampai sekarang.
Akhirnya semenjak itu
Tegenan aman ,karena BERSATU, KERJA BERSAMA DAN KERJA SAMA,karena itu mari kita
gemakan persatuan dan kesatuan me-nyamabraya,saling asah asih dan asuh menjadi
manusia yang cerdas,bersih sehingga kita punya martabat tentu dilandasi dengan
Tri Hita Karana untuk menuju Tegenan yang Santhi Jagatita Ya Ca Iti Dharma,Astungkara(By.Mangku
Manik).