Om Swastyastu
Manah lega
dadi ayu, aywa ngalem drewya. Mwang kamagutan, kaliliraning wang atuwa aywa
mengambekang krodha mwang ujar gangsul. Ujar menak juga kawedar denira.
Mangkana kramaning sang ngarepang karya aywa simpanging budhi mwang krodha
Artinya:
Pikiran yang
tenang dan ikhlaslah yang menjadikan baik. Janganlah tidak ikhlas dan terlalu
menyayangi harta benda yang diperlukan untuk yadnya, janganlah menentang
petunjuk orang yang dituakan ( berpengetahuan luas dan bijak), janganlah
berprilaku marah serta mengeluarkan kata-kata yang sumbang dan kasar. Kata-kata
yang baik dan enak didengar itu juga hendaknya diucapkan. Demikianlah tata cara
orang yang akan melaksanakan yadnya. Jangan menyimpang dari budhi baik dan jangan menampilkan kemarahan. (Lontar
Dewa Tattwa.10 ).
Iki widhi
sastra Tapeni Yadnya, ngaran ling nira Bhatari Tapeni, ngaran Bhatari Uma Dewi
sira Hyang ring Pura Dalem, maka lingga gama kerthi ulahing wong
kamanusan. Adruwe pariwara watek apsari maka, Dewi Kancak, Dewi Pradnya,
Dewi Wastu mwang Dewi Sidhi, ika pariwaranira mekabehan.
Uduh sira
sang umara yadnya, sang parama kerti sang akinkin akerti yasa, nguni weh ta
kita sang anggaduh gama-gaman, rengo lingku mangke, dak, sun warahi kita
parikraman ing bhkati astiti ring gama tirta, aja sira tan mitulu ri hing ning
sastra iki, nimita kweh wetun ikang yadnya, sapta yadnya, sapta yadnya luire:
Aswameda yadnya, Siwa yadnya, Dewa yad-nya, Rsi yadnya, Pitra yadnya,
Bhuta yadnya, Manusa yadnya, samadania limuwih-aken pada luwih ika tinemuni ya,
palan ing yadnya, samangkana juga wineh utamaning kang yadnya, patemuang kunang
kang Agama, Ugama, muang Igama, apan ika ngaran pamurtian Sanghyang Tri
Murti, tan wenang amalaku yadnya yan tan ingangge tattwa, ika ingaran Wuta, yan
tan ingangge solah ayu sang umara yadnya, ika ingaran Tuli, muah tan ingannge
yadnya ngaran rumpuh tan sida karyania, apan sukmania ika kadi anggan sira, ana
hulu, ana awak, muang ana
juga sukunia, mangkana utamaning
kang yadnya. Apan sukmania, yadnya palan ikan yadnya wahya diatmika nemu sira
rahayu.
Artinya:
Ini sumber
sastra Tapeni Yadnya, bernama Bhatari Tapeni atau Bhatari Uma Dewi, beliau
adalah dewanya Pura Dalem, beliau merupakan sumber dari tata cara pelaksanaan
agama bagi penganutnya, mempunyai pembantu para widyadari yang bernama Dewi
Kancak, Dewi Pradnya, Dewi Wastu dan Dewi Sidhi, itulah pembantunya semua.
Wahai kamu
Sang Pelaku Yadnya, ini Aku berikan bagi yang senang terhadap ajaran agama,
dengarkan arahanku sekarang, Aku akan memberitahukan bagi yang senang
mela-kukan persembahan terhadap agama Hindu (Tirta), jangan sampai kamu tidak
melaksa-nakan isi sastra ini, pada
dasarnya banyak ada macam yadnya, tujuh yadnya antara lain: Aswameda yadnya,
Siwa yadnya, Dewa yad-nya, Rsi yadnya, Pitra yadnya, Bhuta yadnya, Manusa
yadnya, keutamaan dari yadnya ini sama-sama utama, demikian juga Aku berikan
tentang kebajikannya, merupakan pengamalan ajaran agama, ugama dan igama karena
ketiganya merupakan perwujudan Sanghynag Tri Murti, seimbangkan antara
upakara; ritualnya dengan tattwanya, karena itu merupakan yadnya, kalau
menyimpang dari Tattwanya itu disebut “buta”, kalau tidak memakai tatanan yang
benar bagi yang melaksanakan yadnya , itu disebut
“tuli”, dan kalau tidak menggunakan upakara disebut
“lumpuh’, kerjanya sia-sia, karena meru-pakan manifestasinya dari tubuh
kita, ada kepala, ada badan, dan ada juga anggota badan, begitulah kebajikan dari beryadnya, berpahala untuk sekala
dan niskala, akan menemukan kebahagiaan. (Lontar Tutur Tapeni Yadnya,
72-73).
Sehubungan
dengan hal tersebut,marilah kita laksanakan ajaran agama kita berdasarkan
dresta dan sastra (desa,kala dan patra),apa lagi kita akan “ngaryanin anak lingsir” dalam acara
ngaben bersama ini,agar kerja/yadnya kita tidak siasia,untuk itu semangat
kerja, kebersamaan,keiklasan,keterbukaan dan ketulusan, patut kita nomor
satukan,Astungkara sami jagi kesidian lan
labda karya (Ketua Panitia: I Wayan Suiji).