Selasa, 17 November 2020

PEMBANGUNAN TAPAL BATAS MENEMBUS LINTAS PENTAS

 Desa Adat Tegenan sebagai salah satu Desa Pregunung Besakih selama ini belum dikenal orang dalam pentas wilayah,karena ketika kami menyatakan diri dari Tegenan sering kali orang menyebutkan Tenganan,sehingga suatu kali pernah membuat KCK salah alamat. dari Tegenan tapi tercantum Tenganan sehingga harus diulang. Juga seringkali penduduk Tegenan supaya tidak ribet bila ditanya dari mana,maka sering menjawab dari Besakih atau dari Menanga atau dari Rendang yang sudah dikenal orang.

Melihat dari fakta itulah muncul rasa prihatin,maka diusulkanlah program BKK Kabupaten 2020 digunakan untuk membuat batas Desa agar lebih mudah dikenal orang,maka atas dasar SK Bendesa Desa Adat Tegenan No.02/KEP.BAT/DAT/VII/2020 tanggal 13 Juli 2020 tentang Pembentukan dan Penetapan Susunan Panitia Pembangunan Fisik Desa Adat Tegenan TA 2020 ditunjuklah inisiatornya yakni IWayan Suiji sebagai ketua Pelaksana Pembangunan Tapal Batas Desa Adat Tegenan dan Renovasi Balai Desa Desa Adat Tegenan. Bergeliat dari rasa jengah dan peduli dengan mengusung motto desa BAKTI MANDALA KRIYA (mengabdi di desa melalui kerja nyata) maka ketua panitia dengan timnya bergerak mewujudkan impiannya. Setelah dibentuk langsung action dengan merapatkan seluruh elemen desa dengan mebagi diri sesuai bidangnya yakni bidang design perencanaan, bidang teknis dan pengawasan, setelah masing melaksanakan tugasnya maka untuk pembangunan Tapal Batas dengan dana BKK Kabupaten bekerjasama dengan Seka Teruna Werdhi Sesana dibawah kordinasi ketuanya I Wayan Teguh Pramarta juga dukungan dari Tim,donasi dari Ani Bali Shop berupa cet (190rb),Km.Dwija bunga(350rb),Agus Suciarta bunga(75rb),Yoga,Surata,Nubagia Md,Gr.Km.Jana spanduk(60rb).Akhirnya dengan kerja keras dan kebersamaan maka 15 Nov.2020 bertepatan dengan Tilem ke enem bangunan Tapal Batas tersebut dipelaspas secara sederhana.

                                                    Anak-anak STT yang siap membangun Desa




Acara Mlaspas,15 Nov.2020

Sedangkan pelaksanaan Rehab kap baja dengan genteng sakura secara total di bangunan inti dan seng di gedung selatan Balai Desa menggunakan dana BKK Provinsi Bali TA.2020 sebesar Rp.165 jt ,Untuk pembersihan material bangunan yang berupa pecahan asbes dan bongkaran lainnya pembersihannya dibantu oleh STT Werdhi Sesana, Paiketan Istri Dharma Patni,Paiketan Serati Banten dan Panitia Renovasi Bale Desa dikerjakan pada tanggal 14 Nov.2020 sedangkan acara nyayuti mepresista dilaksanakan tanggal 15 Nov.2020 jam 16.00 dipuput oleh Mk.Manik Puspayoga karena Ketua Pakilitan Pinandita yang rencananya muput mendadak ada acara panggilan nabe ngiring ke Nusa Penida,sedangkan Jero Bendesa dalam keadaan cuntaka,(manixs)
Bangunan sebelum renovasi
Paling kiri pemenang tender
Panitia Pelaksana
Cek Lokasi sebelum tender
Kap Baja
Renovasi Balai Desa sudah usai

Mepiuning sebelum kerja 



Sabtu, 16 Mei 2020

KRAMANIA SANG KUNINGKIN KARYA SANISTA, MADYA, UTTAMA DALAM ACARA NGABEN BERSAMA DI DESA ADAT TEGENAN TH.1918.


Om Swastyastu
Manah lega dadi ayu, aywa ngalem drewya. Mwang kamagutan, kaliliraning wang atuwa aywa mengambekang krodha mwang ujar gangsul.  Ujar menak juga kawedar denira. Mangkana kramaning sang ngarepang karya aywa simpanging budhi mwang krodha
Artinya:
Pikiran yang tenang dan ikhlaslah yang menjadikan baik. Janganlah tidak ikhlas dan terlalu menyayangi harta benda yang diperlukan untuk yadnya, janganlah menentang petunjuk orang yang dituakan ( berpengetahuan luas dan bijak), janganlah berprilaku marah serta mengeluarkan kata-kata yang sumbang dan kasar. Kata-kata yang baik dan enak didengar itu juga hendaknya diucapkan. Demikianlah tata cara orang yang akan melaksanakan yadnya. Jangan menyimpang dari budhi baik dan  jangan menampilkan kemarahan. (Lontar Dewa Tattwa.10 ).
Iki widhi sastra Tapeni Yadnya, ngaran ling nira Bhatari Tapeni, ngaran Bhatari Uma Dewi sira Hyang ring Pura Dalem, maka lingga gama kerthi ulahing wong kamanusan.  Adruwe pariwara watek apsari maka, Dewi Kancak, Dewi Pradnya, Dewi Wastu mwang Dewi Sidhi, ika pariwaranira mekabehan.
Uduh sira sang umara yadnya, sang parama kerti sang akinkin akerti yasa, nguni weh ta kita sang anggaduh gama-gaman, rengo lingku mangke, dak, sun warahi kita parikraman ing bhkati astiti ring gama tirta, aja sira tan mitulu ri hing ning sastra iki, nimita kweh wetun ikang yadnya, sapta yadnya, sapta yadnya luire: Aswameda yadnya, Siwa yadnya, Dewa yad-nya,  Rsi yadnya, Pitra yadnya, Bhuta yadnya, Manusa yadnya, samadania limuwih-aken pada luwih ika tinemuni ya, palan ing yadnya, samangkana juga wineh utamaning kang yadnya, patemuang kunang kang  Agama, Ugama, muang Igama, apan ika ngaran pamurtian Sanghyang Tri Murti, tan wenang amalaku yadnya yan tan ingangge tattwa, ika ingaran Wuta, yan tan ingangge solah ayu sang umara yadnya, ika ingaran Tuli, muah tan ingannge yadnya ngaran rumpuh tan sida karyania, apan sukmania ika kadi anggan sira, ana hulu, ana awak, muang ana juga sukunia, mangkana utamaning kang yadnya. Apan sukmania, yadnya palan ikan yadnya wahya diatmika nemu sira rahayu.
Artinya:
Ini sumber sastra Tapeni Yadnya, bernama Bhatari Tapeni atau Bhatari Uma Dewi, beliau adalah dewanya Pura Dalem, beliau merupakan sumber dari tata cara pelaksanaan agama bagi penganutnya, mempunyai pembantu para widyadari yang bernama Dewi Kancak, Dewi Pradnya, Dewi Wastu dan Dewi Sidhi, itulah pembantunya semua.
Wahai kamu Sang Pelaku Yadnya, ini Aku berikan bagi yang senang terhadap ajaran agama, dengarkan  arahanku sekarang, Aku akan memberitahukan bagi yang senang mela-kukan persembahan terhadap agama Hindu (Tirta), jangan sampai kamu tidak melaksa-nakan  isi sastra ini, pada dasarnya banyak ada macam yadnya, tujuh yadnya antara lain: Aswameda yadnya, Siwa yadnya, Dewa yad-nya,  Rsi yadnya, Pitra yadnya, Bhuta yadnya, Manusa yadnya, keutamaan dari yadnya ini sama-sama utama, demikian juga Aku berikan tentang kebajikannya, merupakan pengamalan ajaran agama, ugama dan igama karena ketiganya merupakan perwujudan Sanghynag Tri Murti, seimbangkan antara upakara; ritualnya dengan tattwanya, karena itu merupakan yadnya, kalau menyimpang dari Tattwanya itu disebut “buta”, kalau tidak memakai tatanan yang benar bagi yang melaksanakan yadnya , itu   disebut

“tuli”, dan kalau tidak menggunakan upakara disebut “lumpuh’, kerjanya sia-sia, karena  meru-pakan manifestasinya dari tubuh kita, ada kepala, ada badan, dan ada juga anggota badan, begitulah kebajikan dari beryadnya, berpahala untuk sekala dan niskala, akan menemukan kebahagiaan. (Lontar Tutur Tapeni Yadnya, 72-73).
            Sehubungan dengan hal tersebut,marilah kita laksanakan ajaran agama kita berdasarkan dresta dan sastra (desa,kala dan patra),apa lagi kita akan “ngaryanin anak lingsir” dalam acara ngaben bersama ini,agar kerja/yadnya kita tidak siasia,untuk itu semangat kerja, kebersamaan,keiklasan,keterbukaan dan ketulusan, patut kita nomor satukan,Astungkara sami jagi kesidian lan labda karya (Ketua Panitia: I Wayan Suiji).